Jika kita hendak menuju lokasi Gunung Pancar, pastilah akan
melalui sebuah desa bernama Sumurbatu. Di desa ini, sepanjang
perjalanan akan banyak dijumpai batu-batu kali yang telah siap
untuk digunakan sebagai pondasi rumah/bangunan. Sepertinya
pekerjaan mengolah batu kali sudah menjadi mata pencaharian utama
penduduk setempat, mengingat didaerah ini banyak sekali batu-batu
besar yang berserakan, terutama didaerah sungai. Semoga hal ini
juga bukan menjadi alasan mengapa jalan aspal di desa ini lebih
layak disebut jalan berbatu karena secara keseluruhan jalan yang
ada hanya menyisakan bebatuan yang cukup menghambat perjalanan.
Namun bukan hal ini yang menyebabkan penulis bertandang kedaerah
ini. Tujuan utama perjalanan kali ini adalah menuju ke objek air
panas yang terletak dilokasi wisata gunung pancar. Konon air panas
yang berada didaerah ini tidak berbau belerang yang menusuk hidung
dan bisa menyembuhkan berbagi penyakit kulit maupun rematik.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Mata Air Panas - Gunung Pancar Kawasan hutan pinus yang berada di areal wisata Gunung pancar | | | | |
Selepas dari Desa Sumurbatu memasuki wilayah wisata Gunung
Pancar, perjalanan menjadi lebih menyenangkan karena berada di
dalam kawasan hutan pinus. Tiket masuk ke wilayah ini ditetapkan
Rp. 1.000 perorang, sepeda motor Rp 1.000 dan Rp. 2.000 untuk
kendaraan roda empat. Lokasi pemandian air panas terletak tidak
jauh dari tempat pembayaran ini dan untuk memasuki lokasi tersebut
masih dikenai biaya lagi sebesar Rp. 5.000/orang dan Rp.
3.000/mobil
Sepertinya kali ini banyak yang berkunjung ke objek ini,
terlihat dari areal parkir yang mulai penuh dengan berbagai jenis
mobil. Serombongan orang paruh baya tampak keluar dari sebuah mobil
minibus dan langsung menuju tempat pemandian. Tampaknya mereka
sudah biasa berkunjung ketempat ini, nampak jelas dari langkah yang
pasti menyusuri jalan-jalan yang ada disana.
Diareal ini, sama sekali tidak terlihat aliran air atau pancaran
air panas. Semua air yang digunakan untuk pemandian langsung
dialirkan melalui pipa-pipa paralon ke bilik-bilik yang telah
disediakan. Untuk berendam secara gratis bisa dilakukan di sebuah
kolam kecil berukuran 2x2 meter di sebuah tempat terbuka dan itu
berarti akan bercampur baur dengan pengunjung lainnya. Bila menginginkan secara lebih privacy, bisa dilakukan dengan
menyewa bilik-bilik yang telah sediakan dimana didalamnya terdapat
sebuah tempat tidur sederhana dan sebuah kamar mandi dengan bak rendam yang selalu dialiri air panas
terus menerus. Tidak tercium aroma belerang dilokasi ini seperti apa yang umum
terjadi pemandian air panas lainnya. Suatu hal yang menunjukkan
bahwa panas yang timbul bukan dikarenakan unsur sulfur (belerang),
tapi murni berasal dari panas bumi.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Mata Air Panas - Gunung Pancar Seorang pengunjung yang sedang merendam badan, menikmati kehangatan (?) air panas | | | | |
Pengobatan alternatif dengan menggunakan air panas juga tersedia
di lokasi ini. Diperlukan biaya sebesar 20.000 rupiah untuk
menikmatinya. Metode yang digunakan bisa dibilang menggunakan
metode totokan atau pijatan, namun bukan tangan yang digunakan
untuk memijat melainkan sebuah aliran air yang mengalir dari sebuah
selang yang disemprotkan langsung ketubuh pasien dengan tekanan
cukup tinggi. Tidak jarang terdengan erangan dari mulut pasien bila
daerah yang disemprot adalah daerah yang bermasalah dengan suatu
penyakit tertentu.
Dibagian perendaman umum telah terdapat empat orang separuh baya
yang sedang berendam dan saling berbagi cerita. Tertarik untuk
mencoba merasakan suhu air yang ada, penulis mencoba merendam kaki
ke dalam kolam tersebut, namun baru telapak kaki mulai menyentuh
permukaan, panas yang terasa cukup menyengat dan secara reflek
menarik kaki kembali dengan muka meringis menahan panas.
"Kalau berendam langsung masukkan kaki ke dalam air dan jangan
digerak-gerakkan lagi biar rasa panas tidak begitu menyegat"
nasehat salah seorang pengunjung sambil tersenyum dengan kaki yang
telah terendam hingga sebetis, entah telah berapa lama.
Penasaran juga mendengarnya dan setelah beberapa kali coba
akhirnya penulis memberanikan diri untuk memasukkan kaki ke
kolam tersebut sambil berdiri tegak. Dan memang benar meskipun
masih terasa panas, namun tidaklah begitu menyegat. Tidak sampai
satu menit bertahan, kakipun diangkat dan warna kulit telah berubah
menjadi merah muda mirip warna udang rebus :) Salah seorang
pengunjung, dengan santainya berbaring didasar kolam tersebut
dengan posisi kaki yang masih berada ditepian kolam. Lama juga dia
berendam dan nampaknya menikmati suhu yang ada.
"Kalau berbaring seperti ini, sangat baik untuk menghilangkan
rematik atau pegal-pegal disekitar pinggang dan punggung" ujarnya.
Menarik sekali untuk dicoba, tapi kalau kaki saja sudah tidak
sanggup menahan panas, mungkin mesti pikir-pikir dulu sebelum
mencoba metode ini
|