Login

 

 
 

Artikel: Mata Air Panas - Pancuran Pitu

 

 artikelgalerilokasiforum

 


[navigasi.net] Mata Air Panas - Pancuran Pitu
Mata air pancuran pitu yang mengalir dari sela-sela bebatuan

Telah dilihat: 9044x

Penulis

:

   Buyung Akram

Referensi

:

-

 

Lokasi

:

-;Baturaden;Banyumas

Koordinat GPS

:

S7.310080 - E109.218290

Ketinggian

:

809 m

Fotografer

:

 

 

 

 

 

Tanggapan: 0 

 

 

Galeri: 9 

 


Pancuran pitu (Jawa, pitu = tujuh) adalah merupakan objek wisata air panas yang bersumber dari tujuh mata air. Lokasinya terletak kurang lebih 2,5 km dari gerbang objek wisata baturaden. Berbeda dengan pancuran telu (Jawa, telu = tiga) yang terletak didalam kawasan baturaden sehingga pengunjung "mesti" membayar tiket masuk baturaden terlebih dahulu untuk kemudian membayar lagi tiket masuk ke pancuran telu, pada pancuran pitu terdapat jalan akses langsung tanpa melalui gerbang utama baturaden. Jalan akses tersebut sudah berupa aspal mulus yang bisa dilalui berbagi jenis kendaraan hingga tepat di pintu gerbang wisata pancuran pitu.

[navigasi.net] Mata Air Panas - Pancuran Pitu
Pemandangan dari atas tebing Pancuran Pitu

Dari sini masih dibutuhkan +/- 300 meter lagi perjalanan yang harus ditempuh melalui undakan tangga curam, menuju ke lokasi pancuran pitu. Untunglah undakan yang ada terbuat dari semen+batu sehingga pengunjung tidak mengalami kesulitan saat melintasinya. Setiba dilokasi beberapa penjual makanan/minuman dan cendera mata tampak berjajar dan sekelompok pemuda telah menyambut dengan alunan musik musik pop yang sedang trend, mengharap lemparan uang receh pada kaleng kosong di tengah jalan. Tidak sulit menemukan sumber air panas pancuran pitu tersebut, karena terletak disisi sebelah kanan dari jalan masuk. Pancuran pitu sendiri memang berupa aliran air panas yang memancar dari celah-celah bebatuan dengan ketinggian +/- 1 meter. Air yang mengalir nampak mengeluarkan uap panas dan bebatuan yang dilewatinya berubah menjadi berwarna merah kecoklatan.

Menelusuri kearah mana air panas tersebut mengalir, saya menemukan pemandangan yang belum pernah saya lihat ditempat manapun sebelumnya. Sebuah tebing berwarna coklat muda diselingi warna hijau tampak mengepulkan asap. Seluruh bagian tebing tersebut dialiri air panas yang mengalir secara perlahan kebagian bawah tebing, sehingga tampak seperti batu ber-uap. Kombinasi warna yang menarik dan sangat indah sekali untuk dinikmati, suatu hal yang membuktikan bahwa warna natural memang selalu serasi dan "enak" dilihat mata.


[navigasi.net] Mata Air Panas - Pancuran Pitu
Kombinasi warna tebing yang menarik untuk dinikmati

Sebuah tangga di disebelah kanan tebing batu ini, memngkinkan pengunjung untuk turun, menikmati pemandangan indah dari sisi bawah tebing. Rupanya tidak semua air yang mengalir di bebatuan ini adalah air panas, terbukti dari air yang mengalir dekat anak tangga adalah air dengan suhu yang lebih dingin. Akibatnya sesampai di bagian bawah campuran keduanya menjadikan suhu air lebih dingin dibandingkan bagian atasnya.

Sebuah kotak sumbangan kebersihan tanpa penjaga "menghadang" di tepian tangga. Dari tulisan yang ada diatas kota tersebut, terbaca "Gua Sarabadak", namun ketika saya mencoba mencari-cari bagian mana yang disebut Gua Sarabadak ini tidak berhasil menemukan lokasi yang dimaksud. Hanya beberapa celah kecil dibatuan cadas yang tentunya tidak pantas disebut sebagai gua. Ketika iseng melongokkan kepala ke bagian bawah dari pagar pembatas terlihat sebuah celah besar dan sedikit menjorok ke dalam, mungkin ini yang dimaksud dengan Gua Sarabadak. Tidak ada yang istimewa ditempat itu, terlebih lagi tidak ada akses untuk masuk ketempat tersebut mengakibatkan pengunjung hanya bisa melihat dari sisi atas bagian mukanya saja, namun cukup jelas melihat isi keseluruhan gua.


[navigasi.net] Mata Air Panas - Pancuran Pitu
Gua sarabadak (mungkin) dilihat dari sisi atas muka

Disamping Gua Sarabadak, ada pula lokasi bersejarah berupa petilasan yang terletak diluar gerbang pancuran pitu namun berjarak cukup dekat, kira-kira 100 meter. Entah tempat tersebut merupakan petilasan dari raja atau tokoh siapa, yang jelas ketika ditemukan oleh penduduk sudah berupa tempat seperti yang ada sekarang. Petilasan itu terdiri dari bebatuan yang disusun membentuk anak tanggak dan adapula yang berbentuk batu datar persegi empat, menyerupai tempat duduk. Petilasan tersebut dinamakan Batur Sengkala, yang konon kata penduduk setempat sering digunakan oleh petinggi-petinggi jaman dahulu sebagai tempat beristirahat sejenak dari perjalanan jauh.

*Legenda.....
Syekh Maulana Maghribi adalah seorang ulama. Dia seorang Pangeran dari Turki. Suatu hari setelah Subuh, dia melihat cahay misterius bersinar disebelah Tenggara. Dia ingin mengetahui darimana cahaya misterius itu datang dan apa artinya. Dia memutuskan untuk mencari tahu. Dan dia ditemani oleh sahabatnya, Haji Datuk dan pekerjanya. Mereka berlayar menuju kearah datangnya cahaya misterius tersebut. Kemudian setelah Syekh Maulana Maghribi sampai di Pantai Gresik, cahaya misterius tersebut tampak disebelah Barat, dan akhirnya mereka sampai di pantai Pemalang Jawa Tangah. Ditempat ini Dia meminta para pekerjanya untuk pulang. Sementara itu dia ditemani oleh Haji Datuk untuk melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki menuju kearah Selatan sambil menyebarkan agama Islam. Kemudian Syekh Maulana Maghribi tinggal di Banjar Cahayana.


[navigasi.net] Mata Air Panas - Pancuran Pitu
Petilasan Batur Sengkala yang berupa batu tepahat rapi berbentuk segiempat, sehingga diperkirakan sebagai tempat duduk

Ditempat itu dia terkena penyakit gatal yang serius dan susah disembuhkan. Sesudah sholat Tahajud.dia mendapat Ilham bahwa dia harus pergi ke Gunung Gora. Sesudah sampai di lereng Gunung Gora Dia meminta Haji Datuk untuk meninggalkannya& menunggu ditempat yang mengepulkan asap. Ternyata disitu ada sumber air panas dan Syekh Maulana Maghribi menyebutnya " Pancuran Pitu" yang artinya sebuah sumber air panas yang mempunyai tujuh mata air. Setiap hari Syekh Maulana Maghribi mandi secara teratur di tempat itu, dengan begitu dia sembuh dari penyakit gatalnya.

Orang sekitar menyebut Syekh Maulana Maghribi sebagai "Mbah Atas Angin" karena Dia datang dari sebuah negeri yang jauh. Dan Syekh Maulana Maghribi dinamakan Haji Datuk Rusuhudi (dalam bahasa Jawa berarti Batur yang Adil atau Pembantu Setia). Tempatnya terkenal dengan satu "R" dan bernama "Baturaden". Karena Syekh Maulana Maghribi sembuh dari penyakit gatal dan aman dilereng gunung Gora. Selanjutnya Dia mengganti nama Gunung Gora itu menjadi Gunung Slamet. Slamet dalam bahasa Jawa berarti aman. Tempat dimana Syekh Maulana Maghribi sembuh dianggap sebagai tempat keramat oleh orang sekitar. Banyak orang dari Purbalingga, Banjarnegara, & Pekalongan mengunjungi tempat tersebut pada Selasa Kliwon & Jum'at Kliwon.

navigasi.net 2003 - 2024