Berawal dari sebuah pamflet wisata outbond yang ditempel disebuah
dinding, dengan sebuah foto yang menggambarkan sekumpulan orang
bergandengan tangan didepan air terjun yang tampak cukup besar,
timbul keinginan untuk mengunjungi lokasi tersebut. Peta sederhana
tanpa skala yang ada pada pamflet tersebut menggambarkan bahwa
lokasinya terletak diantara Gunung Batu dan Gunung Geulis. Segera
saja sesampai dirumah saya membuka peta bakosurtanal skala 1:25000
untuk mencari kedua gunung tersebut dan mencatat semua track
perjalanan yang mungkin membantu mencapai tujuan, dan
memindahkannya ke perangkat GPS. Setelah berembuk dengan seorang
teman akhirnya diputuskan untuk berangkat hari minggu pukul 5
pagi.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Air Terjun - Bojongkoneng Bagian samping dari air terjun Bojongkoneng | | | | |
Perjalanan menuju lokasi dimulai dengan melajukan kendaran
kearah perumahan bukit sentul, untuk kemudian berbelok melintasi
perumahan bukit pelangi dan menuju desa bojongkoneng. Minimnya
informasi akan letak sebenarnya dari air terjun tersebut
menyebabkan beberapa kali harus bertanya kepada penduduk sekitar.
Dan ternyata benar, asumsi awal yang telah dibuat akan lokasi
tujuan ternyata berbeda cukup jauh dilapangan, akibatnya track yang
sudah disiapkan bisa dibilang tidak berguna lagi :(. Tentunya acara
bertanya arah jalan menuju lokasi menjadi rutinitas yang
sering mewarnai perjalanan kali ini. Terlebih setelah bentuk jalan
yang sebelumnya berupa aspal mulus berubah menjadi jalan
makadam(berbatuan) dengan lebar yang sempit, menambah keraguan akan
benar-tidaknya jalan yang telah ditempuh. Bila berpapasan dengan
kendaraan dari arah yang berlawanan, maka terpaksa harus mencari
badan jalan yang cukup untuk dilewati dua kendaraan. Tak jarang
halaman pekarangan rumah penduduk setempat, terpaksa digunakan
untuk parkir sejenak, menunggu kendaraan lain selesai melintasinya
dari arah yang berlawanan. Untunglah pada akhirnya seorang pemuda
yang ditanyai, menawarkan diri untuk menjadi pemandu menuju lokasi
air terjun.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Air Terjun - Bojongkoneng Bagian muka dari air terjun Bojongkoneng | | | | |
Rute perjalananpun mulai berubah, karena jalan yang ditempuh
sudah tidak bisa lagi dilalui kendaraan bermotor. Setelah
memarkirkan mobil disalah satu pekarangan rumah penduduk,
perjalanan dimulai dengan melintasi jalan setapak diantara kebun
singkong, beralih ke kebun pisang, melintasi sungai, dan pematang
sawah. Ade, nama penunjuk jalan kami, tiba-tiba menunjukkan jarinya
ke suatu arah, dan saat kami memalingkan muka kearah yang dimaksud,
tampaklah sebuah air terjun yang sedang melimpahkan air dengan
sangat derasnya. Meskipun jarak yang hendak dituju masih cukup jauh
dari tempat dimana kami berdiri, namun air terjun tersebut nampak
cukup jelas terlihat, suatu bukti bahwa air terjun yang hendak kami
tuju ini tentunya memiliki ukuran yang besar.
Kurang lebih 1,5 km total perjalanan yang mesti ditempuh dengan perjalanan kaki.
Tiba dilokasi, kami dihadapkan dengan sebuah air terjun dengan
ketinggian +/- 30 meter. Air melimpah dengan sangat derasnya
meluncur dari atas menuju ke bawah dengan debit air yang cukup
tinggi. Derasnya air yang jatuh ke permukaan kolam menimbulkan riak
air dan hembusan angin yang cukup kencang. Hembusan angin yang
membawa juga butiran air, praktis menyulitkan untuk proses
pengambilan gambar/foto dikarenakan harus berulang-ulang menyeka
lensa dari cipratan air. Disekeliling air terjun merupakan tebing
terjal dengan dua bagian celah yang berada disamping kiri untuk
mengalirnya air dan dibagian depan air terjun, digunakan pengunjung
sebagai pintu masuk ke lokasi ini.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Air Terjun - Bojongkoneng Aliran air sungai yang berada diantara batuan cadas | | | | |
Penasaran dengan kesegaran air terjun yang ada dihadapan kami,
ditambah lagi pakaian yang menempel dibadan telah menjadi lembab
terkena hembusan angin bercampur partikel air, kamipun memutuskan
untuk mandi di air terjun tersebut. Setelah melepas baju dan
menyimpan peralatan kamera dibalik tebing agar aman dari cipratan
air, kami berduapun segera membenamkan diri di kolam. Air yang
bening dan dingin benar-benar memberikan kesegaran tersendiri dan
menghilangkan sejenak rasa haus karena berpuasa ramadhan. Uniknya,
ketika berulangkali mencoba mendekati tempat jatuhnya air terjun
yang berada di tengah kolam, selalu saja mengalami kegagalan.
Hembusan angin dan riak air yang cukup keras selalu berhasil
"melemparkan" kami kembali ketepian kolam. Setelah berjuang cukup
keras dengan berjalan mundur agar muka tehindar dari curahan air
terjun akhirnya berhasil juga mencapai bagian paling muka dari
limpahan air terjun. Air mengalir dengan derasnya menimpa bagian
punggung bagaikan ribuan palu kecil yang menghantam dan menimbulkan
rasa nyeri. Tak tahan dengan rasa sakit di punggung dan kepala,
kamipun berusaha menjauh/menghindar sebuah keputusan yang
mengakibatkan terlemparnya kembali kami ketepian luar dari air
terjun.
Setelah puas bermain air, dan badan mulai mengigil kedinginan,
kamipun keluar dari kolam dan kembali memakai pakaian yang sudah
basah-lembab. Sungguh menyenagkan sekali bermain air terjun
dilokasi yang masih alami ini. Tidak adanya sampah menambah poin
positif dan merupakan bukti bahwa jarang orang berkunjung kelokasi
air terjun desa Bojongkoneng. Ade-pun menambahkan, terkadang di
sisi tebing air terjun banyak dijumpai monyet, yang sayang sekali
kami tidak menemukan barang seekorpun saat itu.
|