Siapa sangka kalau unur (gundukan tanah) yang terletak di pematang
sawah itu adalah reruntuhan sebuah candi ? Saya berani bertaruh
bila anda melihat langsung kelokasi unur tersebut pasti akan
menyangka gundukan tersebut hanyalah onggokan tanah dengan puing
batu bata disana sini, yang mirip sekali dengan buangan puing
bongkaran suatu bangunan. Terlebih beberapa ekor kambing tampak
sedang asik berteduh dibawah rindangnya pohon tak jauh dari lokasi
dimana unur tersebut berada, yang tentunya semakin menambah kesan
biasa-biasa saja.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Situs Batujaya Salah satu pintu masuk kebagian tengah Candi Blandongan | | | | |
Terdapat 17 unur pada lokasi ini, satu diantaranya sudah selesai
di ekskavasi yakni Candi Jiwa (S006.05709 - E107.15472), sedangkan
yang dalam tahap ekskavasi hingga artikel ini dibuat dinamakan Candi
Blandongan (S006.05598 - E107.15338). Unur-unur
lain benar-benar masih dalam bentuk gundukan tanah, beberapa
diantaranya telah meiliki nama: Serut, Gundul, Damar, Batu Lingga,
Lingga dan Lempeng. Kesengajaan membiarkan candi-candi tersebut
masih dalam gundukan tanah atau unur, diakrenakan untuk terhindar
dari pencurian/perampokan benda-benda cagar budaya oleh
masayarakat. Dengan membiarkannya dalam bentuk gundukan tanah,
setidaknya akan mempersulit seseorang untuk mengambil
benda-benda cagar budaya, karena harus menggali terlebih
dahulu.
Selain dalam bentuk candi juga ditemukan pula sebuah sumur tua
(S006.05465 - E107.15050) yang lokasinya tidak jauh dari lokasi Candi Blandongan dan sudah
dinaungi cungkup diatasnya. Dibagian lain juga ditemukan sebuah
batu pipih besar (S006.05703 - E107.15276) yang diperkirakan akan dipakai sebagai tempat
penulisan prasasasti, namun entah karena faktor apa hingga kini
tidak ada satu tulisanpun yang terukir dibatu tersebut. Dugaan yang
timbul, mungkin telah terjadi bencana alam atau peperangan,
sehingga batu pipih tersebut masih polos dari prasasti/tulisan.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Situs Batujaya Batu prasasti yang masih dalam keadaan polos ditemukan tak jauh dari lokasi Candi Blandongan | | | | |
Nama Candi Jiwa diberikan penduduk karena setiap kali mereka
menambatkan kambing gembalaannya di atas reruntuhan candi tersebut,
ternak tersebut mati. Sedangkan nama Blandongan diambil dari dialek
setempat yang identik dengan pendopo, dikarenakan lokasi candi
tersebut berada sering dijadikan tempat peristirahatan seusai
menggembalakan ternak.
Untuk pemugaran candi-candi ini, team eksvakasi candi memesan
bata khusus dengan ukuran 38x12x7cm. Bata-bata itu kemudian disusun
berdasarkan sketsa gambar bentuk candi yang telah dibuat
sebelumnya. Sketsa itu sendiri dibuat dengan memperhatikan
bagian-bagian candi yang masih tersisa. Dari penelelitian yang
telah dilakukan terhadap candi Blandongan, diambil kesimpulan bahwa
Candi Blandongan adalah candi utama dari kompleks candi-candi tersebut.
Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan ukuran candi dan adanya
pintu masuk pada ke-empat sisi candi dengan masing-masing
sisi tersebut terletak disudut Tenggara, Barat Daya, Timur
Laut dan Barat Laut dari mata angin. Pintu-pintu tersebut
diperkirakan merupakan akses masuk ke bagian tengah candi untuk
melakukan upacara keagaaman atau meletakkan sesaji. Lubang silinder
berdiameter kira-kira setengah meter yang terletak pada bagian muka
dari pintu masuk, diperkirakan dulunya merupakan tiang penyangga
untuk bagian atas atau sebagai gapura.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Situs Batujaya Sketsa tampak atas dari Candi Blandongan | | | | |
Dari sisa-sisa reruntuhan bisa dibagi menjadi tiga jenis bahan
penyusun candi, yakni batu andesit digunakan pada beberapa bagian
di bawah candi, batu bata yang merupakan bahan dominan, digunakan
untuk membangun badan candi, sedangkan batu-batuan kecil yang
direkatkan dengan lapisan putih diunakan untuk ornamen atap candi.
Lapisan putih yang tampak seperti kapur itu, menurut para arkeologi
diperkirakan dibentuk dari serpihan kerang. Dengan adanya
bahan-bahan penyusun tersebut, pada jaman dulu tentunya candi ini
amatlah megah, namun sayang sekali tidak ada literatur yang bisa
dijadikan pedoman seperti apa bagian atas dari candi Blandongan
ini.
Berbeda dengan candi Blandongan, pada candi Jiwa praktis tidak
ditemukan sama sekali adanya pintu masuk kebagian tengah candi.
Susunan batu bata yang berbentuk gelombang pada bagian atasnya
diperkirakan merupakan bagian dari relief bunga teratai. Dugaan
awal pada bagian atas Candi Jiwa ini terdapat patung Budha
berukuran besar yang duduk diatas bunga teratai.
Disamping temuan-temuan batu-batuan pembentuk candi juga
ditemukan fragmen tulang-belulang manusia dan binatang, gerabah,
dan kerang-kerang laut kuno. Temuan paling penting dalam ekskavasi
yang dilakukan antara lain fragmen cermin perunggu, fragmen sangkha
emas, fragmen votive tablet berelief Buddha yang diapit
Boddhisatwa. Di atasnya duduk tiga Tathagatha, sedangkan di bagian
bawah terdapat inskripsi dengan huruf Jawa Kuno.
Dalam buku karangan De Haan yang mengungkapkan, daerah itu pada
tahun 1684 masih berupa rawa. Sementara daerah sekitarnya masih
berupa tambak-tambak yang membentang sejak Sungai Citarum di
sebelah barat hingga Kali Ciparage di sebelah timur. Kali Ciparage
terletak di daerah Cilamaya.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Situs Batujaya Beberapa jenis fragmen yang ditemukan di sekitar Candi Blandongan | | | | |
Kecuali tambak di Batujaya, tambak di Ciparage telah disewakan
Tumenggung Panatajuda kepada orang-orang Cina. Kelompok etnis
Tionghoa tersebut, hingga kini masih dijumpai di daerah Cemara yang
terletak sekitar 10 kilometer sebelah timur situs Cibuaya. Selama
ini mereka dikenal sebagai penguasa tambak udang dan bandeng.
Dalam perjalanan sejarah selanjutnya, tahun 1691, rawa Batujaya
dikuasai Tumenggung Wirabaya. Tahun 1706, Komando Belanda yang
ditempatkan di Tanjungpura, sekitar lima kilometer arah barat dari
Kota Karawang mengingatkan janji Wirabaya untuk membersihkan
rawa-rawa tersebut dan kemudian dijadikan sawah dan lahan penanaman
nila.
Sayang, hingga kini belum diketahui apakah bangunan-bangunan
candi tersebut dihancurkan ketika Mataram menempatkan pasukannya
dalam rangka penyerbuan ke Batavia. Atau kerusakan itu sudah
terjadi pada era sebelumnya, misalnya, ketika Sriwijaya berusaha
melakukan ekspansi kekuasaannya. Sebagai bagian dari wilayah
kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, Karawang pernah dikuasai
Mataram, namun kemudian diserahkan kepada VOC.
Para arkeolog berpendapat, jika sudah ada candi, sangat boleh
jadi pada saat itu sudah terdapat kerajaan. Sebab untuk membangun
candi dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dan masyarakat yang
terorganisir.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Situs Batujaya Bentuk sumur tua yang terletak dalam cungkup. Menurut penduduk setempat sumur ini tidak dalam hanya sedalam pinggang manusia dewasa | | | | |
Meskipun sudah dilakukan beberapa kali penelitian terhadap
runtuhan bangunan candi-candi tersebut, baik di Pamarican, Cibuaya,
dan Batujaya, satu hal membuat para peneliti penarasan adalah,
pertanggalan situs-situs tersebut hingga kini belum diketahui
pasti. Padahal informasi tersebut sangat penting untuk menyingkap
sejarah masyarakat Sunda di masa lalu. Dan jika asumsi para
arkeologi bahwa candi berdiri pada tahun 3 Masehi, bisa dipastikan
situs batujaya ini merupakan candi tertua yang pernah ditemukan di
Indonesia.
Sebuah cerita misteri ikut mewarnai candi-candi ini. Terdapat
peraturan tak tertulis pada lokasi ini bahwa pengunjung dilarang
membawa pulang batu-batuan yang merupakan bagian dari badan candi.
Terkadang meskipun sudah ada larangan tersebut, masih ada saja
pengunjung yang iseng membawa pulang beberapa buah batu untuk
dijadikan jimat/penglaris/sarana untuk memajukan usahanya. Namun
beberapa hari kemudian pengunjung tersebut kembali lagi kelokasi candi
untuk mengembalikan batu yang telah mereka ambil, karena tidak
tahan menghadapi "gangguan-gangguan" yang dialaminya. Malah
diceritakan seorang lurah diberitakan mati mendadak dalam mobil
yang dikendarainya, dan ketika di check pada bagasi belakang
terdapat sekarung batu bata yang berasal dari lokasi candi
tersebut.
|