Masih dalam komplek situs Kerajaan Majapahit di Trowulan, tak jauh
dari Candi Gentong yang masih dipugar S 07.54401 E
112.37789, anda bisa berkunjung di kawasan Candi Brahu. Letaknya di
dukuh jamu mente, desa bejijong, atau sekitar 2 kilometer dari
jalan raya mojokerto jombang. Candi yang dibangun dari batu bata
merah ini, dibangun di atas sebidang tanah menghadap ke arah barat
dan berukuran panjang sekitar 22,5 m, dengan lebar 18 m, dan punya
ketinggian 20 meter.
 | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Brahu Tampak belakang dari Candi Brahu | |  | |  |
Mengutip buku Mengenal Peninggalan Majapahit di Daerah Trowulan
oleh Drs IG Bagus Arwana, dulu di sekitar candi ini banyak terdapat
candi candi kecil yang sebagian sudah runtuh, seperti candi
muteran, candi gedung, candi tengah, dan candi gentong. Saat
penggalian dilakukan di sekitar candi, banyak ditemukan benda benda
kuno macam alat alat upacara keagamaan dari logam, perhiasan dari
emas, arca dan lain lainnya.
Candi ini dibangun dengan gaya dan kultur Budha, didirikan abad
15 Masehi. Pendapat lain, candi ini berusia jauh lebih tua
ketimbang candi lain di sekitar Trowulan. Menurut buku Bagus
Arwana, kata Brahu berasal dari kata Wanaru atau Warahu. Nama ini
didapat dari sebutan sebuah bangunan suci seperti disebutkan dalam
prasasti Alasantan, yang ditemukan tak jauh dari candi brahu. Dalam
prasasti yang ditulis Mpu Sendok pada tahun 861 Saka atau 9
September 939, Candi Brahu merupakan tempat pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja
Brawijaya. Anehnya dalam penelitian, tak ada satu pakarpun yang
berhasil menemukan bekas abu mayat dalam bilik candi. Lebih lebih
setelah ada pemugaran candi yang dilakukan pada tahun 1990 hingga
1995.
|