| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Kompleks Candi Dieng Candi Gatotkaca | | | | | Secara administratif dataran tinggi Dieng (Dieng Plateau) dengan
ketinggian kurang lebih 2088 m DPL dengan suhu rata-rata 13-17 C,
berada di lokasi wilayah kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa
Tengah. Dataran tinggi Dieng merupakan dataran yang terbentuk oleh
kawah gunung berapi yang telah mati. Bentuk kawah jelas terlihat
dari dataran yang terletak di tengah dengan dikelilingi oleh
bukit-bukit. Sebelum menjadi dataran, area ini merupakan danau
besar yang kini tinggal bekas-bekasnya berupa telaga. Bekas-bekas
kawah pada saat ini, kadang-kadang masih menampakan aktivitas
vulkanik, misalnya pada kawah Sikidang. Disamping itu juga
aktivitas vulkanik, yang berupa gas / uap panas bumi dan dialirkan
melalui pipa dengan diameter yang cukup besar, dan dipasang di
permukaan tanah untuk menuju ke lokasi tertentu yang berada cukup
jauh dari lokasi pemukiman penduduk dan dimanfaatkan untuk
Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi. Dengan kondisi topografi,
pemandangan alam yang indah dan situs-situs peninggalan purbakala
yang berupa candi, sehingga dataran tinggi Dieng mempunyai potensi
sebagai tempat rekreasi dan sekaligus obyek peninggalan sejarah
yang menarik.
Dataran tinggi Dieng dianggap merupakan suatu tempat yang
memiliki kekuatan misterius sebagai tempat bersemayamnya arwah para
leluhur, sehingga tempat ini dianggap suci. Dieng berasal
dari kata Dihyang yang artinya tempat arwah para leluhur.
Terdapat beberapa komplek candi di daerah ini, komplek
Candi Dieng dibangun pada masa agama Hindu, dengan peninggalan Arca
Dewa Siwa,Wisnu, Agastya, Ganesha dan lain-lainya bercirikan Agama
Hindu. Candi-candi yang berada di dataran tinggi Dieng diberi nama
yang berkaitan dengan cerita atau tokoh-tokoh wayang Purwa dalam
lokan Mahabarata, misalnya candi Arjuna, candi Gatotkaca, candi
Dwarawati, candi Bima, candi Semar, candi Sembadra, candi Srikandi
dan candi Puntadewa. Nama candi tersebut tidak ada kaitannya dengan
fungsi bangunan dan diperkirakan nama candi tersebut diberikan
setelah bangunan candi tersebut ditinggalkan atau tidak digunakan
lagi. Tokoh siapa yang membangun candi tersebut belum bisa
dipastikan, dikarenakan informasi yang terdapat di 12
prasasti batu tidak ada satupun yang menyebutkan siapa tokoh yang
membangun.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Kompleks Candi Dieng Kompleks Candi Arjuna (kiri-kanan): Semar, Arjuna, Srikandi, Puntadewa dan Sembadra | | | | | Dari prasasti batu yang ditemukan, menyebutkan angka tahun 731
saka (809 Masehi) dan 1210 Masehi, dari informasi ini dapat
digunakan sebagai petunjuk bahwa tempat suci Agama Hindu digunakan
kurang lebih 4 abad. Dari sisi arsitektur candi-candi di komplek
agak berbeda dibandingkan dengan candi-candi umumnya di Pulau Jawa,
terutama candi Bima. Bentuk bagian atas candi Bima merupakan
perpaduan gaya arsitektur India Utara dan India Selatan. Gaya
arsitek India Utara nampak pada bagian atas yang disebut dengan
Sikhara, sedangkan arsitektur India Selatan terlihat adanya hiasan
Kudu yaitu hiasan kepala-kepala dewa yang seolah melongok keluar
dari bilik jendela.
|