Sebuah tangga bambu tampak menyandar di tumpukan bata merah yang
menjulang tinggi. Seorang lelaki bertopi tampak sedang menempelkan
beberapa potong kertas di tumpukan bata merah tersebut. Tumpukan
bata merah ? ya... sepintas Candi Dermo nampak bagaikan gundukan
bata merah yang menjulang tinggi. Beberapa bagian tubuh candi sudah
runtuh dimakan usia sehingga bentuk lekukan candi yang sebenarnya
sudah sulit untuk diperkirakan lagi.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Dermo | | | | |
Letak candi ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk Desa
Pamotan, Kecamatan Wonosonyo, Kabupaten Sidoarjo. Untuk menuju
candi harus melalui sebuah jalan kecil yang berada disela-sela
perumahan penduduk. Saya sendiri sempat "tertipu" ketika
menafsirkan papan petunjuk wisata candi dermo, saat itu saya pikir
Candi Dermo berada ditepian sebuah jalan kecil namun masih bisa
dilewati mobil. Namun ketika menelusuri jalan yang saya maksud,
sama sekali tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan sebuah candi.
Sehingga saya memutuskan untuk balik lagi ke papan penunjuk wisata
dan mencoba mengikuti arah panah yang dimaksud. Setelah mengamati
arah panah secara lebih seksama baru saya bisa melihat sebuah
bangunan tingi berwarna merah yang berada ditengah-tengah pemukiman
penduduk. Untuk menuju lokasi tersebut terlebih dahulu harus
melewati jembatan terbuat kayu yang melintang di sungai dengan
berjalan kaki kemudian dilanjutkandengan berjalan kaki lagi sekitar
50 meter diantara pemukiman penduduk.
Candi Dermo memang sedang dalam perencanaan akan di renovasi.
Beberapa potongan kertas dengan kode-kode angka tampak tertempel
dibeberapa bagian candi. Sebenarnya candi ini sudah pernah
direnovasi pada jaman penjajahan belanda, namun renovasi yang
dilakukan nampaknya merubah wajah candi, karena lebih bersifat
mempertahankan candi dari keruntuhan daripada upaya menyusun ulang
badan candi.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Dermo | | | | |
Mencoba memasuki bagian dalam candi sempat membuat ragu-ragu,
takut bila runtuh bagian atap candinya. Setelah diyakinkan oleh juru
kunci bahwa candi itu aman-aman saja untuk dimasuki barulah saya
beranikan diri untuk memasukinya. Bagian dalam candi cukup sempit,
dikarenakan renovasi yang pernah dilakukan dahulu dikerjakan dengan
menambah bagian dalam sedemikian rupa sehingga bisa menyokong
bangunan dari kemungkinan runtuh. Dari pengamatan terhadap ukuran
batu bata yang terdapat didalam ruangan tersebut bisa ditarik
kesimpulan bahwa batu bata hasil renovasi semasa penjajahan Belanda
mempunyai ukuran yang lebih kecil dan tipis dibandingkan batu bata
asli penyusun candi. Bagian dalam - tengah atas dari candi ini juga
tidak ditemukan adanya relief seperti yang pernah saya jumpai pada
Candi Jiwa maupun Candi Bentar.
Pada bagian depan dari Candi Dermo ini terdapat dua buah patung,
namun sayang sekali kondisinya sudah rusak. Patung kecil yang
terbuat dari batu hitam (andesit) dengan tinggi kurang dari 50cm
ini nampak jelas berbeda antara keduanya. Sayang sekali bentuk apa
yang hendak ditampilkan pada kedua patung tersebut sudah susah
untuk dikenali lagi.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Dermo | | | | |
Tidak banyak informasi yang saya dapatkan berkaitan dengan
asal-usul Candi Dermo. Petugas yang ada/bertugas waktu kunjungan
kelokasi saat itu nampaknya kurang menguasai akan apa yang
seharusnya dia lakukan, yakni memberikan informasi sebanyak dan
sejelas mungkin tentang Candi Dermo. Informasi yang saya peroleh
cuma berupa berita yakni Candi Dermo memang dalam proses renovasi
tahap awal oleh pemda setempat bekerja sama dengan pusat kebudayaan
yang ada di Mojokerto. Bila kelak candi ini selesai direnovasi yang
entah kapan, tentunya salah satu budaya warisan nenek moyang kita
berhasil diselamatkan dari keruntuhan dan bisa dinikmati serta
dipelajari oleh generasi di masa yang akan datang.
|