 | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Gedongsongo Lokasi candi yang terletak diantara bukit dan pepohonan | |  | |  | Baru saja menjejakkan kaki di Candi pertama, rasa penat kaki
mulai terasa. Saat itulah para tukang kuda mulai menawarkan
kudanya untuk disewa guna menapaki candi-candi berikutnya yang
semakin tinggi sesuai dengan urutannya. Candi Gedong Songo, yang
berarti sembilan candi dengan lokasi yang paling tinggi adalah
candi dengan angka paling besar.
Kata Gedong berarti bangunan dan songo berarti sembilan
sehingga kurang lebih berarti candi yang berjumlah sembilan.
Candi yang terletak di Gunung Ungaran dengan ketinggian 1200
– 1800 meter diatas permukaan laut ini memang sangat unik.
Pada awalnya disebut Gedong Pitoe karena pertama kali ditemukan
oleh Rafles hanya terdiri dari tujuh bangunan candi. Namun
kemudian ditemukan dua candi lagi walaupun dalam keadaan tidak
utuh. Candi-candi yang terbuat dari batu andesit tersebut telah
dipugar oleh Dinas Purbakala, yaitu candi I & II dipugar
tahun 1928 – 1929, sedangkan candi III, IV, V dipugar tahun
1977 – 1983.  | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Gedongsongo Seekor kuda yang sedang merumput. Kuda ini bisa disewa untuk mengunjungi candi-candi di Gedongsongo yang memiliki jarak relatif jauh | |  | |  |
Candi-candi yang terletak di Gunung Ungaran ini diyakini
sebagai Candi Hindu dengan ditemukannya arca-arca Hindu yang
terletak didalam dan disekitar lokasi candi. Diantaranya dengan
ditemukannya arca Ciwa Mahadewa, Ciwa Mahaguru, Ganeca, Durga
Mahisasura Mardhini, Nandi Swara, Mahakala dan Yoni yang ada di
bilik candi. Keistimewaan yang lain dari Candi Gedong Songo
adalah terletak pada arca gajah dalam posisi jongkok di kaki
Candi Gedong III, dan Yoni dalam bentuk persegi panjang pada
bilik Candi Gedong I.
Mengenai kapan berdirinya Candi Gedong Songo tidak ada yang
tahu pasti, namun diperkirakan oleh para ahli bahwa candi-candi
tersebut telah dibuat semasa dengan Candi Dieng yang dibuat pada
kurun waktu abad VII – IX Masehi pada masa Dinasti
Syailendra. Hal ini diketahui dari artefak-artefak yang
ditinggalkan di sekitar lokasi candi, serta adanya
kemiripan-kemiripan fisik antara Candi Gedong Songo dan Candi
Dieng. Lokasi kedua candi yang terletak di ketinggian gunung
semakin menambah keyakinan bahwa kedua candi tersebut dibangun
pada masa yang sama.  | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Gedongsongo Gerbang masuk ke lokasi Candi Gedongsongo | |  | |  |
Untuk mencapai candi ini tergolong sangat mudah, baik
menggunakan angkutan umum, angkutan pribadi, jenis mobil sedan
ataupun jenis minibus. Candi yang terletak di Desa Candi
kecamatan Ambarawa ini hanya berjarak 39 km dari kota Semarang
atau hanya 20 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor dalam
kecepatan 70 km / jam . Praktis dari Semarang menuju tempat
ini relatif lancar karena jalan yang lebar dan mulus serta
melewati beberapa lampu merah saja.
Sesaat setelah sampai di daerah Bandungan, kemudian belok ke
kiri dan ikuti jalan terus sampai Pasar Bandungan. Sesampainya di
Pasar Bandungan ambil arah kiri kurang lebih 7 km sampailah kita
di Candi Gedong Songo. Setelah melewati pasar ini, kita harus
berhati-hati karena jalanan yang hanya pas untuk dua mobil
dengan tanjakan dan kelokan yang tajam. Bahkan di beberapa ruas
jalan ada yang mencapai kimiringan 45 – 50 derajat. Karena
itu, kalau mobil anda dalam keadaaan tidak sehat jangan coba-coba
membawa kendaraan sendiri ke lokasi Candi Gedong Songo.
Memasuki wilayah candi ini udara sejuk mulai terasa dengan
angin khas pegunungan yang mendayu-dayu. Shelter yang cukup luas
bisa memuat puluhan mobil, serta pintu masuk candi yang hanya
beberapa meter dari lokasi parkir semakin mempermudah para
wisatawan untuk mencapai lokasi ini. Dengan hanya membayar tiket
masuk sebesar Rp. 2,000,- kita bisa memasuki dan mengitari lokasi
candi sepuas-puasnya.
Boleh dikatakan kalau Candi Gedong Songo tidak hanya
menawarkan wisata sejarah, namun juga menawarkan wisata keindahan
alam juga wisata olah raga. Candi yang terletak di ketinggian
Gunung Ungaran ini memang menampilkan pesona alam yang luar biasa
karena lokasinya yang terletak di ketinggian gunung. Selepas
gerbang masuk Candi, berjalan sedikit ke atas sudah terlihat
lokasi candi pertama yang merupakan candi yang terletak di lokasi
yang paling bawah.  | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Gedongsongo Lokasi penjualan tiket masuk kawasan wisata Gedongsongo | |  | |  |
Bersamaan dengan itu biasanya ada orang yang akan mengikuti
kita. Tapi jangan takut, biasanya orang tersebut menawarkan jasa
menunggang kuda. Kalau kita ingin menjajal tingginya candi dengan
jalan kaki tolak saja secara halus untuk tidak memakai kuda, tapi
kalau tidak ingin terlalu capai bisa naik kuda dan dikenakan
biaya Rp. 40,000,- per kuda untuk mengitari seluruh areal candi.
Namun sebagai saran lebih baik kita naik kuda, karena selain
lebih menghemat tenaga, kita bisa leluasa menikmat indahnya alam
sekitar dengan santai.
Setelah candi demi candi dilalui, sampailah kita pada lokasi
candi yang keempat. Di depan lokasi candi keempat terdapat
lapangan yang cukup luas, kurang lebih dua kali lapangan
sepakbola dan datar. “Lapangan ini biasanya dipakai untuk
bermain sepakbola oleh warga sekitar, buat perkemahan atau buat
acara-acara tertentu,” begitu tutur Pak Slamet salah satu
pegawai Candi Gedong Songo ini. Pemandangan lain, yaitu sumber
air panas alam kita juga bisa temui antara perjalanan antara
lokasi candi ketiga dan keempat. Disamping sumber air panas
tersebut, disediakan tempat mandi dengan tempat tertutup,
sehingga buat yang mau menikmati sumber air panas bisa meluangkan
waktu ntuk mandi.
Akhirnya sampailah kita pada lokasi candi yang kelima atau
merupakan lokasi candi terakhir dan tertinggi. Begitu memasuki
pelatarannya, kita bisa bebas memandang ke bawah, bahkan kalau
cuaca sedang cerah berturut-turut bisa kita lihat dari sisi
selatan candi, yaitu Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, Gunung
Andong dan Gunung Merapi. Berlama-lama duduk di lokasi candi yang
kelima ini memang sangat mengasyikkan, sampai-sampai tak terasa
waktu makin sore dan Sang Tukang Kuda menghampiri untuk mengajak
turun kembali.
Ketika ditanya kepada Pak Latif, Si Tukang Kuda, “ Mana
empat candi lainnya Pak ? kan jumlahnya ada sembilan
candi,”Tanya saya. “ Candi-candi yang lain sudah
tidak utuh alias hanya berupa batu-batuan yang terlihat semacam
situs,”jawab Pak Latif. Akhirnya kami turun dengan melewati
jalan yang berbeda ketika kami naik, dengan melewati kebun-kebun
sayuran milik penduduk sekitar. Rasa puas terasa di hati setelah
puas mengelilingi areal Candi Gedong Songo, nilai sejarahnya,
keindahan alamnya selalu mengajak kita kembali ke sana.
|