| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Gununggangsir Sisi utara candi dimana terlihat arca manusia dengan bagian kepala yang telah hilang | | | | | Candi Gununggangsir nampaknya merupakan candi yang terbuat dari
batu merah dengan ornamen/relief terbanyak. Sayangnya tidak semua
ornamen itu kini bisa dinikmati karena sebagian besar ornamen
tersebut telah rusak. Konon menurut warga setempat sebagian
ornamen yang hilang tersebut akibat diambil oleh tentara Jepang
pada jaman penjajahan di masa lalu. Ornamen atau relief yang
tersisa meskipun tidak utuh lagi, masih bisa dinikmati oleh
pengunjung. Ornamen motif bejana dengan sulur-sulur yang pada
umumnya kerap menghiasi candi-candi lain, masih bisa dilihat
dengan jelas. Sebuah sosok tubuh wanita dengan bagian kepala yang
telah hilang entah kemana juga terlihat menghiasi sisi dinding
utara candi. Berbagai bentuk ornamen lain juga menghiasi badan
candi, yang setidaknya mampu mempertegas bahwa dulunya candi ini
pastilah sebuah candi yang sangat menarik untuk dilihat.
Candi ini berbentuk segiempat bertingkat dengan bagian atas
yang semakin mengecil (pagoda). | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Gununggangsir Bagian muka candi yang menghadap timur. Nampak sebuah bilik kecil dibagian tengah yang cukupsempit untuk dimasuki pengunjung | | | | | Berdiri diatas lahan seluas 62 x
24 meter, candi ini memiliki luas bangunan dengan panjang 20
meter dan lebar 17 meter. Terdapat sebuah pintu pada candi ini
yang sulit dimasuki oleh pengujung karena ukurannya yang cukup
kecil. Terlebih untuk mencoba memasukinya, pengunjung harus
terlebih dahulu menaiki sebuah tangga dengan bentuk yang sudah
tidak beraturan lagi dan cukup berbahaya karena rentan
longsor.
Dari literatur yang ada di lokasi, candi ini berfungsi sebagai
tugu peringatan atas keberhasilan tanaman pangan oleh masyarakat
sekitar di masa lalu. Diperkirakan di bangun pada awal abad 10
yakni saat warga setempat belum mengenal pola bercocok tanam.
Dahulu sebelum mengenal pola bercocok tanam, warga setempat hidup
mengembara dengan memakan sebangsa rumput-rumputan tuton.
Sebuah legenda yang hidup di masyarakat sekitar menceritakan
bahwa suatu ketika datanglah seorang permpuan bernama Nyi Sri
Gati yang mengajak para pengembara meminta petujuk pada Hyang
Widi untuk mengatasi masalah bahan makanan yang selalu berkurang.
Hingga pada suatu saat datanglah sebangsa burung gelatik yang
membawa jenis padi-padian. Burung itu kemudian menjatuhkan padi
dan kulit padi yang kemudian ditanam di sebelah utara candi.
Tanaman itupun tumbuh dengan butiran padi menghasilkan
buah padi biasa sedangkan yang kulit, menghasilkan batu permata.
Hal ini menyebabkan Nyi Sri Gati menjadi kaya dan karena | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Gununggangsir Relief jambang dengan sulur-sulurnya seperti yang lazim terdapat pada candi-candi lain | | | | | kedermawanannya terkenal pula dengan nama Mbok Rondo Dermo
(Rondo=janda; Dermo=dermawan). Kekayaan yang dimilikinya tersebut
menarik perhatian para pedagang dan pengembara yang ingin menjual
batu permata ke daerah lain. Di tengah jalan, mereka menggelapkan
barang dagangannya dalam perahu. Berkat kekuatan ghaib Nyi Sri
Gati perahu tersebut tenggelam serta terpelanting menjadi Gunung
Prau yang kini terletak di lereng Gunung Penanggungan (sebelah
barat Pasuruan).
Tidak hanya para pedagang, para penjahatpun tertarik untuk
memiliki kekayaan Nyi Sri Gati. Banyak sekali yang mencoba
merampas/merebut harta kekayaan Nyi Sri Gati, namun semuanya bisa
dikalahkan. Nama-nama penjahat itu akhirnya dijadikan nama desa
yang ada disekitar Candi Gununggangsir, sebagai contoh:
Keboireng, Wonokoyo, Pucang, Sobo, Kesemi, Kedatan dan masih
banyak lagi.
Terlepas dari benar atau tidaknya legenda tersebut,
hingga saat ini Candi Gununggangsir masih merupakan tempat yang
sakral bagi penduduk setempat.
|