| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Pari Anak tangga yang berada pada kaki candi tidak langsung menuju ke arah pintu candi, suatu model yang tidak lazim di arsitektur candi Jawa Timur | | | | | Saat mengunjungi salah toko buku di Surabaya, saya iseng membuka
sebuah peta daerah, yakni kabupaten Sidoarjo. Keisengan tersebut
malah berubah menjadi suatu ketertarikan setelah melihat sebuah
foto candi berwarna merah yang tampak cukup besar sipeta tersebut.
Saya sama sekali tidak pernah tahu bahwa di Sidoarjo ada
peninggalan budaya dalam bentu candi apalagi candi dengan ukuran
sebesar itu sama sekali diluar dugaan saya. Total terdapat 3 buah
candi di wilayah kabupaten Sidoarjao, dan tanpa berpikir panjang
lagi langsung saja saya beli peta tersebut.
Berangkat menuju loksi candi tampaknya bukan hal yang sulit,
meskipun papan penunjuk lokasi keberadaan candi tersebut masih
minim sekali. Namun masyarakat Sidoarjo umumnya telah mengenal akan
lokasi candi ini, setiap orang yang ditanyai dimana lokasi Candi
Pari, selalu dapat menunjukkan dengan baik arah yang harus di tuju.
Candi itu sendiri berada ditepi jalan utama desa, sehingga akses
menuju lokasi bisa dilalui dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Sayang tidak adanya area parkir yang memadai mengakibatkan
kendaraan yang saya gunakan terpaksa parkir disalah satu pekarangan
penduduk.
Candi pari berdiri diatas bidang tanah ukuran 13,55 * 13,40
meter, dengan ketinggian 13,80 meter. Candi Pari tidak memiliki
bentuk seperti umumnya candi-candi jawa timur lainnya. Bentuknya yang
agak tambun dan tampak kokoh seperti candi-candi di Jawa Tengah.
Pengaruh Champa (salah satu wilayah di vietnam) nampak cukup
kental mempengaruhi bentuk candi ini.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Pari Sisi candi yang memperlihatkan pintu masuk ke dalam candi dan miniatur candi yang selalu terdapat pada sisi utara, timur dan selatan candi | | | | |
NJ Krom (Belanda) dalam bukunya "Inleiding tot de Hindoe",
menyebutkan hubungan antara Indonesaia dan Champa sudah terjalin
sejak jaman prasejarah, hal ini berdasarkan temuan nekara-nekara
perunggu gaya Dong - Son di Jawa. Pada masa klasik hubungan dagang
ini semakin meningkat lagi. Sumber prasasti dari periode Jawa Timur
abad 15 masehi, terdapat dalam Hikayat Hasanudin (Jan Edel 1983)
dan kitab sejarah Melayu (Situmorang dan Tecuw 1952). Peristiwa
tersebut terjadi setelah jatuhnya pemerintahan Raja Pan Kubah
akibat serangan Raja Koci, yaitu pengungsian orang-orang Campa ke
Jawa karena stabilitas di negeri Campa tidak aman. Dalam
hubungannya dengan Candi Pari, pengungsian orang-orang Campa ke
Jawa tahun 1318 Masehi oleh penguasa Majapahit kedatangannya
diterima dengan baik, konsekuensi logisnya disediakan tempat untuk
Raja Campa dan pengikutnya dan akhirnya asimilasi tersebut tampak
pada bangunan di Candi Pari, yakni bangunan suci berkarakter Jawa
yang dipengaruhi kesenian Campa.
Candi pari didirikan pada tahun 1293 saka (1371 masehi), sesuai
dengan apa yang dipahatkan diatas pintu masuk candi. Dengan
demikian Candi Pari didirikan pada masa kejayaan Majapahit dibawah
pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Adapun ciri-ciri Campa pada banguna
Candi Pari justru menunjukkan tingginya toleransi dibidang
kebudayaan di masa tersebut.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Candi Pari Ornamen yang ada pada dinding sisi utara, timur dan selatan candi berupa miniatur candi dengan atapnya bertingkat lima dengan puncaknya berbentuk kubus, bagian atas ambang pintu dan pada masing-masing tingkatan atap miniatur candi terdapat hiasan teratai dan dipuncaknya ada hiasannya | | | | |
Bangunan Candi Pari didominasi oleh bata merah pada bagian
badannya, sedangkan ambang atas dan bawah pintu masuk bilik candi
menggunakan batu andesit. Bagian kaki candi memiliki ukuran 13,55 *
13,40 meter dn tinggi 1,50 meter, pada bagian ini terdapat dua buah
jalan masuk ke bilik candi dalam bentuk susunan/trap anak tangga
dengan arah utara-selatan dan selatan-utara, jalan masuk
seperti ini tidak ditemui dalam candi-candi lain dijawa timur. Pada
bagian dalam bilik candi saat ini tidak ditemukan arca sama sekali,
akan tetapi dibagian tengah dari sisi dinding timur ( diantara
lubang angin ) terdapat sebuah tonjolan sebagai sandaran dinding
arca. Dulu daerah sekitar candi pernah ditemukan dua arca Siwa
Mahadewa, dua arca Agastya, tujuh arca Ganesha dan tiga arca Budha
yang semuanya telah disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Candi Pari tidak memiliki ornamen. Pada kaki candi terdapat
hiasan berbentuk panel yang polos tanpa hiasan. Sedangkan dibagain
tubuh candi terdapat pahatan semacam panel-panel besar polos tanpa
hiasan. Di dinding barat tepat diatas pintu masuk terdapat hiasan
segitiga sama sisi dengan bagian kecilnya berada di atas. Pada
bagian tengah dinding utara, timur dan selatan terdapat hiasan
miniatur yang atapnya bertingkat lima dengan puncaknya berbentuk
kubus, bagian atas ambang pintu dan pada masing-masing tingkatan atap
miniatur candi terdapat hiasan teratai dan dipuncaknya ada hiasan
(angka) atau Sangkha ? Candi pari yang kita lihat saat ini
merupakan hasil pemugaran tahun 1994-1999 oleh Kanwil Depdikbud dan
Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur melalui dana
Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan
Purbakala Jawa Timur.
|