Raja-raja jaman dahulu sebagian besar bersifat sentralistik, dalam
segala aspek kehidupan mengacu kepada kekuasaan tunggal yaitu Sang
Maharaja. Setiap Kadipaten diwajibkan memberikan upeti kepada
kerajaan, jangan coba-coba menolak membayar upeti ini kalau tidak
mau diserbu dan dimusnahkan. Kehidupan Sang Raja menjadi perhatian
utama para kawula saat itu, hingga tempat pemakakannya pun sudah
dipersiapkan jauh-jauh hari waktu sang raja masih hidup.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Makam Imogiri | | | | |
Kemegahan dan keangkeran tampak jadi satu ketika kita melihat
makam para Raja-raja Mataram di Imogiri. Makam Imogiri dibangun
pada tahun 1632 M oleh Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo yang
merupakan keturunan dari Panembahan Senopati Raja Mataram I. Makam
Imogiri terletak di sebelah selatan Jogja - kurang lebih 45 menit
ke arah selatan perjalanan dengan menggunakan kendaraan sendiri,
atau bisa juga ditempuh dengan minibus dari Jogja langsung sampai
didepan pintu masuk makam. Makam ini terletak diatas perbukitan
yang juga masih satu gugusan dengan Pegunungan Seribu. Memasuki
tempat parkir untuk menuju pemakaman kita akan disambut oleh para
Pemandu Wisata yang sudah siap mengantarkan kita. Karena
merasa lapar, setelah melakukan perjalanan ke berbagai tempat kami
tidak langsung masuk ke lokasi pemakaman. Kami lihat ada warung di
dekat pintu masuk, sejenak kemudian kami memesan pecel dan wedang
jahe. Tak disangka dan tak dinyana Pecel Ibu Widayati ini rasanya
lebih enak dari SGPC ( Sego Pecel / nasi pecel ) yang ada disamping
Kampus Jogjakarta. Selain itu wedang jahenya dengan campuran gula
jawa, daun cengkeh tampak memberikan rasa yang khas rasa Imogiri -
Jogja.
Kemudian perjalanan dilanjutkan kearah makam dengan didampingi
oleh salah seorang pemandu wisata yaitu Pak Slamet. Setelah pintu
masuk disebelah kiri ada bangunan masjid yang cukup megah. Masjid
ini biasa digunakan untuk mensholatkan jenazah para Raja sebelum
dibawa keatas bukit untuk dimakamkan. Ketika melihat keatas sempat
terbayang pegalnya kaki ini yang akan menaiki tangga sejumlah 454
tangga. Malahan 454 tangga ini biasa dilalui naik turun oleh para
Pemandu Wisata tiap hari 3-4 kali. Ketika ditanya,"apa tidak capai
Pak Slamet,"beliau menjawab,"Insya Allah tidak karena mendapat
berkah dari Sang Sultan,". Perlahan-lahan namun pasti kami menaiki
tangga tersebut walaupun napas sedikit ngos-ngosan. Karena
tangga-tangga tersebut berukuran lebar, kurang lebih 4 meter dan
dilapisi semen beton disertai tiupan angin sore yang semilir
menjadi tak terasa menaiki tangga tersebut. Setelah melewati 454
tangga kemudian kita baru masuk pintu ke II, di pintu II ini ada 3
bangsal; yang pertama adalah Bangsal Sapit Urang-bangsal yang
dipergunakan oleh para abdi dalem keraton Jogja; yang kedua adalah
Bangsal Hamengkubuwono untuk para Bangsawan Jogja; dan yang ketiga
adalah Bangsal Pakubuwono untuk para Bangsawan dari Keraton Solo.
Seperti kita ketahui bahwasannya pada masa Amangkurat V ( 1677 )
Mataram mengalami perpecahan dan akhirnya dibuatlah Perjanjian
Giyanti yang membelah Mataram jadi II, yaitu Kasunanan Pakubuwono (
Solo ) dan Kasunanan Hamengkubuwono ( Jogja ).
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Makam Imogiri | | | | |
Memasuki tempat pemakaman masih dibagi lagi menjadi tiga bagian,
makam utama; yaitu makam Sri Paduka Sultan Prabu Hanyokrokusumo,
Amangkurat II, Amangkurat III beserta masing-masing satu
permaisurinya. Sayap kiri terdiri dari; Pakubuwono I, Amangkurat
Jawi dan Pakubuwono III. Sayap kanan terdiri dari: Ratu-ratu solo,
pakubuwono III beserta selir dan permaisurinya. Namanya makam Raja,
cerita-cerita seputar makam yang berbau mistis juga banyak kita
dengar. Cerita mengenai kesaktian raja-raja jaman dahulu sampai
tentang cerita kalau mengenai Ratu Laut Selatan. Ceritanya seperti
ini, Syahdan waktu itu Panembahan Senopati ( pendiri Mataram )
bertapa di Laut Selatan seluruh laut selatan bergetar karena
merasakan hawa sakti dari Panembahan. kemudian keluarlah Ratu Laut
Selatan menemui Panembahan Senopati agar menghentikan pertapaannya.
Karena itu, Sang ratu akan membantu kekuasaan Sang Panembahan di
Tanah Jawa, dan permintaan Sang Ratu kalau seluruh raja-raja
Mataram akan dijadikan suaminya, boleh percaya boleh tidak.
Menarik sekali memang kalau kita menengok sejarah masa
lalu, apalagi kalau yang menyangkut harta, tahta dan wanita.
demikian juga makam Imogiri yang dapat memberikan gambaran kepada
kita semua tentang Raja-Raja Mataram zaman dulu sampai sekarang.
Salah satu rahasia umum para Raja dan Penguasa zaman dulu adalah
jumlah istri dan selir yang mencapai puluhan. Namun hukum-hukum dan
peraturan kerajaan yang ada sekarang tentunya sudah disesuaikan
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
|