| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Situs Karangkamulyan Tempat sabung ayam | | | | | Kisah tentang Ciung Wanara memang menarik untuk ditelusuri,
karena selain menyangkut cerita tentang Kerajaan Galuh, juga
dibumbui dengan hal luar biasa seperti kesaktian dan keperkasaan
yang tidak dimiliki oleh orang biasa namun dimiliki oleh Ciung
Wanara.
Kisah Ciung Wanara merupakan cerita tentang kerajaan Galuh (
sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit dan Pajajaran ).
Tersebutlah raja Galuh saat itu Prabu Adimulya Sanghyang Cipta
Permana Di Kusumah dengan dua permaisuri, yaitu Dewi Naganingrum
dan Dewi Pangrenyep. Mendekati ajal tiba Sang Prabu mengasingkan
diri dan kekuasaan diserahkan kepada patih Bondan Sarati karena
Sang Prabu belum mempunyai anak dari permaisuri pertama ( Dewi
Naganingrum ). Singkat cerita, dalam memerintah raja Bondan hanya
mementingkan diri sendiri, sehingga atas kuasa Tuhan Dewi
Naganingrum dianugerahi seorang putera, yaitu Ciung Wanara yang
kelak akan menjadi peenrus kerajaan Galuh dengan adil dan
bijaksana.
Bila kita telusuri lebih jauh kawasan yang luasnya kurang
lebih 25 Ha ini menyimpan berbagai benda-benda yang diduga
mengandung sejarah tentang Kerajaan Galuh yang sebagian besar
berbentuk batu. Batu-batu ini letaknya tidaklah berdekatan tetapi
menyebar dengan bentuknya yang berbeda-beda, berada dalam sebuah
tempat berupa struktur bangunan terbuat dari tumpukan batu yang
bentuknya hampir sama. Struktur bangunan ini memiliki sebuah
pintu sehingga menyerupai sebuah kamar. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Situs Karangkamulyan Penyandaran | | | | |
Batu-batu yang ada di dalam struktur bangunan ini memiliki
nama dan kisah, begitu pula beberapa lokasi lain yang terdapat di
dalamnya yang berada di luar struktur batu. Masing-masing nama
tersebut merupakan pemberian dari masyarakat yang dihubungkan
dengan kisah atau cerita tentang kerajaan Galuh seperti ;
pangcalikan atau tempat duduk, lambang peribadatan, tempat
melahirkan, tempat sabung ayam dan Cikahuripan.
Situs Karangkamulyan merupakan peninggalan Kerajaan Galuh
Pertama menurut penyelidikan Tim dari Balar yang dipimpin oleh Dr
Tony Jubiantoro pada tahun 1997. Bahwasannya di tempat ini pernah
ada kehidupan mulai abad ke IX, karena dalam penggalian telah
ditemukan keramik dari Dinasti Ming. Situs ini terletak antara
Ciamis dan Banjar, jaraknya sekitar 17 km ke arah timur dari kota
Ciamis atau dapat ditempuh dengan kendaraan sekitar 30 menit.
Situs ini juga dapat dikatakan sebagai situs yang sangat
strategis karena berbatasan dengan pertemuan dua sungai yakni
Sungai Citanduy dan Cimuntur, dengan batas sebelah utara adalah
jalan raya Ciamis-Banjar, sebelah selatan sungai Citanduy,
sebelah barat merupakan sebuah pari yang lebarnya sekitar 7 meter
membentuk tanggul kuno, dan batas sebelah timur adalah sungai
Cimuntur. Karena merupakan peninggalan sejarah yang sangat
berharga, akhirnya kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan cagar
budaya oleh Pemerintah. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Situs Karangkamulyan Makam Dipati Panaekan | | | | |
Udara yang cukup sejuk terasa ketika kita memasuki gerbang
utama situs ini. Tempat parkir yang luas dengan pohon-pohon besar
disekitar semakin menambah sejuk Setelah gerbang utama, situs
pertama yang akan kita lewati adalah Pelinggih ( Pangcalikan ).
Pelinggih merupakan sebuah batu bertingkat-tingkat berwarna putih
serta berbentuk segi empat, termasuk ke dalam golongan / jenis
yoni ( tempat pemujaan ) yang letaknya terbalik, digunakan untuk
altar. Di bawah Yoni terdapat beberapa buah batu kecil yang
seolah-olah sebagai penyangga, sehingga memberi kesan seperti
sebuah dolmen ( kubur batu ). Letaknya berada dalam sebuah
struktur tembok yang lebarnya 17,5 x 5 meter.
Sahyang Bedil
Tempat yang disebut Sanghyang Bedil merupakan suatu ruangan yang
dikelilingi tembok berukuran 6.20 x 6 meter. Tinggi tembok kurang
lebih 80 cm. Pintu menghadap ke arah utara, di depan pintu masuk
terdapat struktur batu yang berfungsi sebagai sekat (schutsel).
Di dalam ruangan ini terdapat dua buah menhir yang terletak di
atas tanah, masing-masing berukuran 60 x 40 cm dan 20 x 8 cm.
Bentuknya memperlihatkan tradisi megalitik. Menurut masyarakat
sekitar, Sanghyang Bedil dapat dijadikan pertanda datangnya suatu
kejadian, terutama apabila di tempat itu berbunyi suatu letusan,
namun sekarang pertanda itu sudah tidak ada lagi.
Penyabungan Ayam
Tempat ini terletak di sebelah selatan dari lokasi yang disebut
Sanghyang Bedil, kira-kira 5 meter jaraknya, dari pintu masuk
yakni berupa ruang terbuka yang letaknya lebih rendah. Masyarakat
menganggap tempat ini merupakan tempat penyabungan ayam Ciung
Wanara dan ayam raja. Di samping itu merupakan tempat khusus
untuk memlih raja yang dilakukan dengan cara demokrasi.
Lambang Peribadatan
Batu yang disebut sebagai lambang peribadatan merupakan sebagian
dari kemuncak, tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai fragmen
candi, masyarakat menyebutnya sebagai stupa. Bentuknya indah
karena dihiasi oleh pahatan-pahatan sederhana yang merupakan
peninggalan Hindu. Letak batu ini berada di dalam struktur tembok
yang berukuran 3 x 3 m, tinggi 60 cm. Batu kemuncak ini ditemukan
50 m ke arah timur dari lokasi sekarang. Di tempat ini terdapat
dua unsur budaya yang berlainan yaitu adanya kemuncak dan
struktur tembok. Struktur tembok yang tersusun rapi menunjukkan
lapisan budaya megalitik, sedangkan kemuncak merupakan
peninggalan agama Hindu.
Panyandaran Terdiri atas sebuah menhir dan dolmen,
letaknya dikelilingi oleh batu bersusun yang merupakan struktur
tembok. Menhir berukuran tinggi 120 cm, lebar 70 cm, sedangkan
dolmen berukuran 120 x 32 cm. Menurut cerita, tempat ini
merupakan tempat melahirkan Ciung Wanara. Di tempat itulah Ciung
Wanara dilahirkan oleh Dewi Naganingrum yang kemudian bayi itu
dibuang dan dihanyutkan ke sungai Citanduy. Setelah melahirkan
Dewi Naganingrum bersandar di tempat itu selama empat puluh hari
dengan maksud untuk memulihkan kesehatannya setelah
melahirkan.
Cikahuripan
Di lokasi ini tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan
arkeologis. Tetapi hanya merupakan sebuah sumur yang letaknya
dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Citanduy
dan sungai Cimuntur. Sumur ini disebut Cikahuripan yang berisi
air kehidupan, air merupakan lambang kehidupan, itu sebabnya
disebut sebagai Cikahuripan. Sumur ini merupakan sumur abadi
karena airnya tidak pernah kering sepanjang tahun.
Dipati Panaekan
Di lokasi makam Dipati Panaekan ini tidak terdapat tanda-tanda
adanya peninggalan arkeologis. Tetapi merupakan batu yang
berbentuk lingkaran bersusun tiga, yakni merupakan susunan batu
kali. Dipati Panaekan adalah raja Galuh Gara Tengah yang berpusat
di Cineam dan mendapat gelar Adipati dari Sultan Agung Raja
Mataram.
Setelah puas mengelilingi Situs ini, puluhan warung makan
dengan menu khasnya pepes ayam dan pepes ikan mas merupakan
pelengkap ketika kita berkunjung ke tempat ini. Apalagi
minumannya air kelapa alami langsung dari buahnya semakin
menambah asyiknya suasana. Walaupun hanya berupa situs-situs
purbakala tampaknya tempat ini dikelola dengan cukup bagus,
terbukti dengan kebersihan yang cukup terjaga di sekitar lokasi.
( By AMGD )
|