Sulawesi Selatan bukan cuma Bugis dan Makasar. Bukan pula Tana
Toraja yang ada di Rantepao. Masih banyak yang menarik untuk
dilihat, salah satunya yakni Mamasa (1150 m). Kota kecil yang sudah
menjadi kabupaten ini adalah daerah gunung, hutan dan sungai, dalam
ikatan kekerabatan dengan adat Toraja, tapi "bukan toraja
pada umumnya". Mendatangi tempat ini seperti surga bagi
yang gemar trekking, hiking, rafting, dan bisa juga
mountain-biking, atau mau menjajal bawa mobil via jalan poros
Sulawesi yang terkenal dengan jurang dalamnya dan rute yang
"hancur". Bagi yang merasa shape-up, dan suka outdoor activities,
inilah tempat yang cocok buat mereka. Daerah masih perawan ini
nyaris belum di "ubek ubek" secara membabi buta.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Mamasa | | | | |
Perjalan kemari cukup lama dan melelahkan. Dari Makasar
larikan mobil kearah kota penghasil beras Pinrang dan tancap terus
melalui jalan mulus hingga kekota Polewali (waktu tempuh 5 jam).
Rute ini adalah daerah dataran rendah melewati bibir pantai yang
berudara panas garang. Setelah lewat Pinrang tetap pacu kendaraan
menuju Polewali. Dari sini, belok masuk menanjak tajam, jalan
rusak semi permanen (Oktober 2003) ke Melabu dan terus mentok di
Mamasa selama 4 jam lebih . Dengan lama perjalanan seperti itu dan
kondisi jalan "hancur" dari Polewali ke Mamasa, ada baiknya
tidak membawa anak kecil karena akan membuat mereka kelelahan dan
menderita.
Perjalanan paling berat terasa ketika lepas dari Polewali menuju
Mamasa. Panjang jalan yang hanya 90 km itu terasa amat lambat dan
cukup berat karena kondisi jala yang tidak bagus. Rute Polewali ke
Mamasa juga jarang dijumpai rumah penduduk, tidak ada warung, tidak
ada pombensin, dan udara terasa kian dingin dan dingin ketika
posisi ketinggian makin naik kepegunungan.Karena itu, sangat
disarankan utk mengisi penuh bahan bakar di Polewali sebelum belok
masuk.
Selain terkenal dengan alam perawannya dan udara yang dingin
menyengat, Mamasa juga dianggap sebagai pusat kekuatan mistik
terbesar bagi etnis Toraja. Banyak orang Toraja mengakui bahwa
mereka segan jika berhadapan dengan kekuatan mistik Mamasa yang
dianggap lebih hebat dari apa yang ada dalam khasanah ilmu gaib
orang Tator.
Kabar kehebatan mistik orang Mamasa memang kondang, selama
disana cerita itu juga terdengar dan diutarakan dengan gaya biasa
saja. Salah satunya yang terkenal adalah membangkitkan mayat dari
kematiannya dan disuruh berjalan sendiri. Ratusan tahun
silam, banyak orang Mamasa pergi merantau memotong gunung dan
hutan. Dalam perantauan bisa saja terjadi salah satu kawan dalam
perjalanan mendadak meninggal dunia. Karena kondisi alam yg berat
melewati hutan dan gunung, maka teman-teman (yang masih hidup) bisa
membawa pulang si mati dengan membuat upacara pembangkitan mayat.
Dan jadilah mayat itu berjalan sendiri pulang kerumahnya, melewati
hutan dan jurang berhari hari !
Sesampainya dikampung halaman, mayat itu disambut dengan upacara
tertentu. Setelah itu si mayat didudukan didalam rumahnya hingga
beberapa hari kemudian sebelum dikuburkan. Urusan
"bangkit-membangkitkan" mayat ini bukan cuma kepada manusia saja.
Binatang seperti kerbau yang sudah dipotong kepalanya dan dikuliti
habis, masih bisa dibuat berdiri dan berlari kencang, mengamuk
kesana sini! Bedanya, jika membangkitkan mayat manusia itu
bertujuan untuk kebaikan, sedangkan jika membuat kerbau tanpa
kepala mengamuk adalah kerjaan orang berilmu yang iseng hendak
mengacau sebuah pesta dirumah orang lain karena dendam pribadi.
Gileee,.. serem.
|