Jika kita ingin melihat sisa-sisa kejayaan masa lalu keraton
Cirebon, mampirlah ke Taman Sunyaragi, atau biasa disebut dengan
Gua Sunyaragi..!
Aroma kemegahan langsung terasa, begitu kita menjejakkan kaki di
pintu masuk Taman Sunyaragi. Susunan batu-batu yang tidak teratur,
namum menampakkan kegagahan dan kepongahan taman sari ini, yang
merupakan salah satu bagian bangunan kerajaan di masa lalu.
Tamansari Sunyaragi adalah salah satu peninggalan sejarah di Kota
Cirebon, setelah Keraton-Keraton, seperti Keraton Kasepuhan,
Kanoman dan Masjid Walisangan Ciptarasa. Letaknya yang berada
ditengah-tengah kota Cirebon, yaitu di Jl.Brigjend. A.R.Dharsono,
menjadikan bangunan bersejarah ini sangat mudah sekali dijangkau.
Barangkali kalau mau bertanya, niscaya hampir seluruh masyarakat
kota Cirebon akan mengenalnya.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Gua Sunyaragi | | | | |
Luas situs ini kurang lebih 1,5 Ha, dan merupakan peninggalan
para Sultan Cirebon. Menurut buku Purwaka Carabuna Nagari karya
Pangeran Arya Carbon, Tamansari Sunyaragi dibangun pada tahun 1703
M oleh oleh Pangeran Kararangen. Sedang Pangeran Kararangen adalah
nama lain dari Pangeran Arya Carbon sendiri. Tamansari Sunyaragi
telah beberapa kali mengalami perbaikan, yang pertama adalah; pada
tahun 1852 M yaitu zaman pemerintahan Sultan Syamsudin IV, setelah
dilanda kerusakan oleh serangan Belanda pada tahun 1787 M, bangunan
ini direnovasi untuk yang pertama kali. Yang kedua adalah pada
tahun 1937 - 1938 M pernah dipugar oleh Pemerintahan Belanda yang
pelaksanaannya diserahkan kepada seorang petugas Dinas Kebudayaan
di Semarang, Krisjnan namanya.
Pada zaman Orde Baru, dimana tengah dilaksanakan pembangunan
nasional, maka Pemerintah dalam hal ini Direktorat Perlindungan dan
Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Direkorat Jenderal
Kebudayaan, memugar taman ini secara keseluruhannya sejak tahun
1976 sampai tahun 1984. Setelah selesai pemugarannya, pengunjung
Tamansari Sunyaragi semakin meningkat, baik kalangan pelajar,
mahasiswa, masyarakat umum, maupun wisatawan asing. Dan kondisi
sekarang ini, keadaannya cukup memprihatinkan, selain kebersihannya
kurang terjaga, rumput ilalang banyak tumbuh disana-sini, juga
bangunan-bangunan yang ada mulai terlihat tergerus oleh panas dan
hujan.
Seperti layaknya sebuah keraton, begitupun dengan Tamansari
Sunyaragi, terdiri dari bagian-bagian yang sangat luas dengan
fungsinya masing-masing. Bagian pertama adalah Gua Pengawal, gua
ini adalah sebagai pusat para prajurit yang bertugas mengawasi
keadaan Tamansari. Bagian kedua adalah Bangsal Jinem, tempat ini
biasanya dipergunakan sebagai tempat pertemuan tamu-tamu keraton
yang mengunjungi tamansari. Bagian ketiga adalah Gua Peteng, gua
ini memang keadaannya sangat gelap sekali, makanya dinamakan gua
peteng. Dulu, para pangeran dan para sultan banyak lelaku, dan
lelaku-lelaku itu biasanya dilakukan di Gua Peteng. Bagian keempat
adalah Gedung Penembahan, yang terdiri dari ruang kaputran-tempat
bersoleknya para Pangeran, dan ruang Kaputren-tempat bersoleknya
para Putri Keraton.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Budaya - Gua Sunyaragi | | | | |
Bagian selanjutnya adalah Balai Kambang, adalah suatu bangunan
dengan luas 25 meter persegi, yang menurut ceritanya, bangunan ini
zaman dulu dikelilingi oleh air. Sehingga para tamu bisa langsung
masuk dari pintu pertama langsung menuju Balai Kambang dengan
menggunakan perahu. Kemudian para abdi keraton menyambut tamu yang
hadir dengan menabuh gamelan diatas Balai Kambang. Terus menyusuri
gua, kemudian kita akan sampai di Gua Padang Ati, adalah tempat
semedinya para Pangeran mencari petunjuk Sang Ilahi, terutama jika
sedang ada suatu permasalahan. Di sebelahnya adalah Gua
kelanggengan, gua ini dipercaya sebagai tempat yang dapat
melanggengkan pernikahan keluarga, atau seseorang yang ingin segera
mendapat jodoh.
Selain gua-gua tersebut di atas, juga terdapat taman-taman yang
dipercaya sebagai taman-taman yang sangat indah pada waktu
zamannya. Indah karena taman-taman tersebut, nampak dari
petilasannya, tersusun sangat rapi dan bernuansa romantis. Terbuka,
bisa memandang langit dengan leluasa dan disertai dengan tempat
duduk dari batu sebagai tempat bersantai. Taman-taman tersebut
adalah; Taman Bajenggi Obahing Bumi; Taman Puteri Bucu dan Perawan
Sunti dan Taman Kaputren. Sayangnya ada beberapa bagian yang sudah
mulai rusak bahkan lapuk ditelan masa. Seperti sisi utara tamansari
ini dinding-dindingnya retak-retak, bahkan bisa membahayakan para
pengunjung kalau kerikil-kerikil yang menempel pada temboknya jatuh
dan mengenai salah satu anggota tubuh kita. Beberapa sudut gua juga
banyak sekali sarang nyamuk, menunjukkan bahwa tempat ini jarang
dibersihkan. Namun dari segala kekurangan tempat ini, Tamansari
tetap mempunyai daya tarik untuk dikunjungi, mengingat bangunan ini
mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi sebagai warisan budaya
Bangsa Indonesia untuk generasi masa depan. ( By AMGD ).
|