Login

 

 
 

Artikel: Budaya - Watupinawetenagan

 

 artikelgalerilokasiforum

 


[navigasi.net] Budaya - Watupinawetenagan

Telah dilihat: 3792x

Penulis

:

   hantulaut

Referensi

:

-

 

Lokasi

:

-;Tompaso;Minahasa

Koordinat GPS

:

N1.159220 - E124.771310

Ketinggian

:

? m

Fotografer

:

 

 

 

 

 

Tanggapan: 0 

 

 

Galeri: 1 

 


Lokasi Watupinawetenagan atau disebut juga dalam dialek Minahasa sebagai Watu Pinabetengan, berjarak sekitar 50km dari kota Menado melewati daerah Kiawa dan terus ke Kanonang. Posisinya berada dalam wilayah kabupaten Minahasa. Saat melewati Kiawa, mampirlah dahulu di gua Jepang tempat tentara "saudara tua" waktu itu melarikan diri dan bersembunyi disini dari serbuan tentara sekutu. Gua yang kosong melompong ini lumayan untuk ditengok sejenak sembari menghabiskan rokok sebatang. Perjalanan kesana sebaiknya dilakukan pagi hari karena saat itulah sinar matahari yg terbit akan menyinari area gunung Klabat dengan eloknya. Rugi jika kesiangan jalan dengan mobil. Matikan AC mobil dan nikmati kesejukan desir angin selama perjalanan kesana.

Sejarah batu dari era Megalitikum ini tidak diketahui banyak. Tidak ada data tertulis mengenai keberadaan batu ini kecuali cerita turun temurun yang kemudian dipakai sebagai referensi tentang keberadaan mereka. Bahkan staff Puslit Arkenas (Arkeologi Nas) yang ada di Museum Menado pun tidak punya data banyak "sejak kapan, kenapa dan mengapa"  batu ini ada. Ketika berada di musium saya juga  mencari data lebih luas mengenai ini, tapi sekali lagi hasilnya nihil besar. Pertanyaan seputar asal muasal batu istimewa ini, baik secara ilmiah ataupun legenda, selalu menemui jawaban yang sama seperti yang akan saya tulis dibawah ini (saya tersenyum, mirip patron saja jawaban sejarah batu ini).

Watupinawetengan mempunyai dimensi raksasa. Tingginya sekitar 2 meter dengan panjang hampir 3m-an. Selintas mirip meja datar yg agak miring. Dijaman dahulu, batu ini dipakai untuk berkumpul duduk bersama diatas batu, oleh ketujuh orang "dotu-dotu" atau kepala adat yang mewakili tujuh wilayah suku di Minahasa yakni  Tombulu, Tonsea,  Toulour, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan  dan Pasan Ratahan.

Saya sedikit membayangkan bentuk batu ini seperti ide "duduk duduk dibawah pohon besar, disebuah batu luas", mungkin seperti piknik dan rapat bersama dijaman baheula, atau dalam konsep modern sekarang disebut "outbound meeting" :-)  Ketujuh kepala adat tersebut berkumpul dalam hitungan purnama kesekian kali dalam hitungan tertentu, untuk membicarakan isu lokal seperti wilayah kekuasaan, perdagangan, adat, kesejahteraan, atau bahkan membahas penyerangan terhadap kelompok musuh yang dianggap akan  membahayakan posisi komunitas mereka serta membentuk aliansi kekuatan pasukan antar suku.

Batu ini secara fisik mempunyai permukaan licin dan nyaris rata. Batu tua yang amat keras dan kokoh tertanam sebagian didalam tanah. Teksturnya khas dengan guratan campuran coklat tua kehitaman dan garis kemerahan, mirip andesit tua yg tidak getas. Diatas permukaan batu ada beberapa guratan bergambar manusia (lihat foto). Sayang, dikiri kanan gambar purba itu juga banyak guratan dan coretan "modern tangan iseng" yg dibuat pengunjung ketika main disini. Saya sedikit tergelak ketika membaca guratan tulisan samar samar dibatu: "sayang kamu... menado" hehehe, ini jelas bukan kerjaan para dotu-dotu tua itu menuliskan kata "i love you" dijaman jenggotan itu.

navigasi.net 2003 - 2024