Saat masuk kedalam, hati ini sempat terhenyak kagum.
Ternyata betul apa yang dikatakan salah satu kawan peneliti, ini
sungguh luar biasa untuk ukuran kebun binatang kota besar di
Indonesia yang sejak jaman dulu sudah kondang paling amburadul
dan tidak “berperi-binatang”.
![](nnimg/oth/nnstl.gif) | | ![](nnimg/oth/nnstr.gif) | | ![](nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=ffprimat&i=2) | | |
| | | [navigasi.net] Flora&Fauna - Pusat Primata Schmutzer | | ![](nnimg/oth/nnsbl.gif) | | ![](nnimg/oth/nnsbr.gif) |
Pusat Primata SCHMUTZER mempunyai tata letak ruang yang sangat
atraktif dan desain khusus mendekati habitat primata (keluarga
monyet) dialam aslinya.
Sungguh, baru kali ini ada bonbin (kebun binatang) sebaik dan
sehebat ini tata letak ruangnya yang dibuat khusus untuk primata,
sekaligus diperuntukan untuk pengunjung menatap kehidupan
primata seperti layaknya dialam liar. Masuk kemari seakan kita
melangkah kedalam bonbin hebat yang hanya ada diluar negeri
seperti dikota metropolitan London, atau Sydney Australia.
Membanggakan pokoknya !
Pusat primata SCHMUTZER akhirnya memang layak disebut sebagai
pusat edukasi bagi peneliti dan masyarakat, dan aspek konservasi
primata terbaik yang berpusat diibukota negeri ini. Letaknya,
menyatu didalam bonbin Ragunan, disalah satu sudut Jakarta yang
padat dan sumpek.
![](nnimg/oth/nnstl.gif) | | ![](nnimg/oth/nnstr.gif) | | ![](nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=ffprimat&i=4) | | |
| | | [navigasi.net] Flora&Fauna - Pusat Primata Schmutzer | | ![](nnimg/oth/nnsbl.gif) | | ![](nnimg/oth/nnsbr.gif) |
Dan kita hendaknya jangan anggap remeh, Pusat Primata
SCHMUTZER di Ragunan ini diakui sebagai pusat primata terbesar
didunia yang letaknya ditengah kota besar.
Pusat primata SCHMUTZER tampak dari depan mirip dengan entry
gate keong mas di TMII, kubahnya melengkung tinggi dan pengunjung
harus menaiki tangga untuk tiba dilantai dua. Pengunjung disambut
oleh patung gorilla dengan wajah garang dalam ukuran seperti
aslinya. Dikiri kanan tampak panel panel berisi informasi primata
dunia yang disajikan dengan bahasa sederhana dan sangat
edukatif.
Setelah lewat pintu utama, kaki segera melenggang masuk di
waving gallery, yakni semacam terowongan memanjang dengan atap
canopy transparan yang memanjang kebelakang. Dari atas inilah
pengunjung dapat menyaksikan kehidupan gorilla hitam Africa yang
ada dibawahnya (ground level). Gorila bukan primata asli
Indonesia, mereka dititipkan untuk ditangkarkan dan diteliti. Ini
merupakan bentuk kepercayaan atas reputasi dan fasilitas terbaik
di pusat penelitian SCHMUTZER
Puas berdiam di waving gallery, perjalanan bisa diteruskan
keujung jalan, pengunjung lalu menuruni tangga ke ground
level. Dari sini, masih ada kesempatan untuk melihat lokasi
kandang gorilla dalam posisi sejajar pandangan mata. Disekitar
kandang gorilla, ada beberapa jalan meyamping melewati rimbunan
dahan dan pohon lebat untuk sampai ke kandang penangkaran primata
asli Indonesia seperti orang utan, owa Kalimantan, owa jawa abu
abu yang sudah sangat langka, siamang, dan lain-lain.
![](nnimg/oth/nnstl.gif) | | ![](nnimg/oth/nnstr.gif) | | ![](nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=ffprimat&i=5) | | |
| | | [navigasi.net] Flora&Fauna - Pusat Primata Schmutzer | | ![](nnimg/oth/nnsbl.gif) | | ![](nnimg/oth/nnsbr.gif) |
Kebetulan ketika datang kemari, ada satu kandang yang dipakai
untuk anak orang utan dan menyita perhatian banyak pengunjung
bonbin. Tampaknya, orang utan kecil ini bekas sitaan dari pasar
gelap. Primata ini diletakan dalam kandang isolasi dan diberi
“pendidikan” untuk memilih makanannya sendiri dalam
aneka macam buah yang diletakan terpisah pisah. Binatang bekas
dipelihara manusia umumnya hanya mengenal satu jenis makanan
saja, misal pisang, Akibatnya jika mereka dilepas dihabitat
aslinya, orang utan kecil ini tidak akan tahu bahwa ada makanan
lain selain pisang didalam hutan. Karena itu penangkaran kembali
dirasa perlu agar mereka kembali “normal” seperti
primata lainnya, bukan berperilaku seperti manusia.
Mendekati jam 15.00 sore pengunjung juga dapat menyaksikan
waktu makan bagi para gorilla dan primata lainnya. Tampaknya,
aktifitas memberi makan ini salah satu pertunjukan favorit bagi
pengunjung karena mereka bisa melihat bagaimana perilaku primata
ini ketika memburu makanannya.
Secara sekilas, komposisi makanan mereka cukup beragam dengan
aneka macam buah. Mereka diberi kubis segar, pisang, manggis,
buah bit merah, apel, dan banyak lagi. Sungguh sehat dan enak
“jadi monyet” disini ya, kata seorang pengunjung
mengomentari pertunjukan makan ini. Kami yang mendengar ikut
tersenyum renyah menyambut gurauan itu.
Biar bagaimanapun, hidup dialam bebas tetap menjadi pilihan
terbaik asal tidak diburu dan dibunuh oleh pemburu yang bernama
manusia. Mereka disini bukan pilihan hidup mereka, tapi karena
diluar sana lebih kejam karena manusia merusak hutan dan
membantai mereka.
|