Kota Jogja adalah sebuah potret kota yang cukup lengkap
dengan berbagai jenis tempat wisatanya, mulai dari cagar
budaya sampai dengan wisata paling modern pun tersedia disana.
Salah satunya adalah Wisata Agro Salak Turi yang merupakan sebuah
tempat wisata dengan tampilan Salak Pondohnya yang sudah sangat
terkenal manisnya.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Flora&Fauna - Salak Turi | | | | |
Sebuah tampilan wisata yang berbeda dari Jogja adalah Salak
Turi. Selama ini andalan wisata Jogja adalah Borobudur, Prambanan,
Keraton, Taman Sari, Malioboro, Parangtritis dan wisata pegunungan
Kaliurang. Salak Turi merupakan perkebunan salak yang sangat luas,
rasanya memberikan nuansa yang lain ketika kita berkunjung kesana.
Konon Salak didaerah ini bibit awalnya ditanam oleh Belanda
bersamaan dengan penjajahannya terhadap Indonesia. Kala itu sempat
dikembangkan secara masal, namun karena kekalahan Belanda atas
Jepang dan dilanjutkan dengan perjuangan bangsa ini dalam
menegakkan persatuan dan kesatuan maka terabaikanlah Salak Pondoh
ini. Baru kemudian pada tahun 1986 salak ini mulai dikembangkan
lagi oleh warga Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman.
Semula pengembangan tanaman ini dilakukan secara alami oleh
penduduk setempat, namun karena melihat potensi yang bagus untuk
dikembangkan maka dalam hal ini Pemerintah melalui Dinas Pariwisata
mengembangkan kawasan ini menjadi sebuah kawasan agrowisata. Pohon
salak termasuk pohon yang unik dan sangat menguntungkan, unik
karena bentuk buahnya dan model pohonnya, menguntungkan karena
selalu berbuah sepanjang tahun asal dilakukan perawatan yang baik
terhadap pohonnya. Dalam satu tahun rata-rata Salak Pondoh berbuah
10 kg sampai dengan 15 kg, tergantung dari perawatan khususnya
penyerbukan. Jenis pohonnya sendiri ada dua, salak jantan hanya
menghasilkan bunga dan salak betina yang menghasilkan buah yang
diserbuki oleh bunga salak jantan. Proses penyerbukan ini biasanya
dilakukan secara manual ketika bunga sudah mekar. Disinilah seni
dari menanam salak kita rasakan, setelah bunga betina diserbuk,
kemudian bunganya ditutupi daun agar tidak terkena angin hingga
terjadi pembuahan. Untuk ukuran standar kalau penyerbukannya bagus
satu tandan buah bisa berisi 20-25 buah salak, kalau tidak bagus
biasanya hanya berisi 5 buah. Untuk tumbuh menjadi salak yang siap
untuk dimakan salak butuh waktu sekitar 3 bulan hingga mencapai
masa panen. Satu kilo Salak Pondoh rata-rata dijual antara Rp 3.000
- Rp 4.000 di perkebunan, bayangkan saja kalau Salak Pondoh dijual
di outlet modern harganya bisa menjadi Rp 15.000 - Rp 16.000 /
kg.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Flora&Fauna - Salak Turi | | | | |
Karena bisnis yang menggiurkan ini, hampir sebagian besar
penduduk di Kecamatan Turi menanam Pohon Salak. Letak Turi yang
dilereng Merapi 150m - 200 m dpl dan 25 km ke arah utara dari Kota
Jogja menjadikan tempat ini pas untuk tanam salak dan strategis
untuk pengembangan usaha dan sekaligus sebagai tempat wisata. Dari
kota Jogja hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk
mencapai tempat ini. Sangat mudah sekali dicapai karena papan
petunjuk disetiap perempatan dan pertigaan tertera dengan jelas,
dan seandainya nyasar kita bisa bertanya kepada penduduk dan
penduduk setempat pasti akan menjawab dengan kromo inggilnya atau
Bahasa Indonesia yang masih sedikit medok. Sepanjang perjalanan pun
kita tak akan bosan-bosannya disuguhi pemandangan, sawah dan
bukit-bukit yang selalu tersenyum menyambut kehadiran para
pengunjung. Kedamaian dan ketentraman akan sangat kita rasakan
ketika kita melintas desa-desa yang sejuk dan penduduk yang
ramah.
Peningkatan ekonomi secara signifikan juga sangat dirasakan oleh
penduduk kawasan ini, menurut Pak Harno petugas wisata," dulu itu
rumah yang sudah pakai tembok bisa dihitung dengan jari, tapi
sekarang keadaan menjadi berbalik, rumah yang tidak pakai tembok
bisa dihitung dengan jari, kata Pak Harno disela-sela pembicaraan
dengan kami ditengah kebun salak. Peluang-peluang lain tentunya
juga dapat dikembangkan disini, misalkan saja penginapan,
fasilitas-fasilitas lain tentunya dengan tidak menganggu
keseimbangan alam yang sudah ada.
AMGD*
|