Seminggu silam perjalanan dari Jakarta ke Gunung Halimun agak
"lelet". Siang telat baru sampai di kantor PHPA Kehutananan wilayah
Parakan Salak. Mendung tebal dan hujan berkali kali menghajar mobil
sepanjang jalan menuju kesana. Di kantor PHPA minta ijin dan bayar
ongkos untuk menginap di wanariset Cikaniki. Dari kantor itu
masih harus menempuh perjalanan sekitar 14 km melewati desa
Cipeteuy. Didesa ini jalan aspalnya habis, dan berganti jalan rusak
berbatu besar besar. Begitu batas jalan aspal habis, banyak
terlihat pemandangan bagus.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Gunung/Kawah - Halimun | | | | |
Mobil engga berani dipacu, pelan tapi konstan tetap jalan dengan
lompatan-kejut yg liar kekiri dan kekanan. Gile, lebih edan dari
naik kora kora sialan di dufan! Taruhannya disini masuk ke jurang
sedalam lebih dari 10 sampai 200m. Kalo engga ringsek meluncur
masuk terus kedasar jurang, atau kalau untung dikit yaa paling
nyangkut dipohon raksasa, atau cuma menabrak tebing.
Tikungan, tanjakan, turunan, kemiringannya, serta bebatuan
yang licin, kabut plus hujan membuat mata engga boleh meleng.
Bahkan nyalain rokok yg biasanya dilakukan sambil mobil jalan saja,
kali ini harus berhenti total dulu baru nyalain (sudah dua kali
hampir nabrak pohon dan tebing batu, hehe, kapok lah engga mau
coba-coba lagi deh). Setelah melewati beberapa desa yang rumahnya
berjauhan, sampailah di tugu gerbang perbatasan cagar alam Gunung
Halimun. Masih harus menempuh jarak 5,5 km lagi. Jika jalan kaki,
diitung satu kilometer adalah satu jam. Kecepatan mobil 4-5 kali
kecepatan org jalan kaki. Jadi, yah sekitar 2 jaman deh.
Hutan ini sepi asli, engga ada penduduk. Namanya juga
hutan asli, cagar alam tidak boleh ditempati manusia. Diatas kepala
kita adalah payung raksasa canopy hutan yang lebat, kabut
menggantung didedaunan tebal, lalu belasan burung surili hitam
melompat-lompat dibebatuan, ada air menguyur dijalanan membuat
ujung sepatu boot tenggelam, kupu kupu berterbangan dengan
warna-warni meriah, lalu cahaya sore yang meredup susah payah
menembus dedaunan, dan jurang dalam disebelah kaki berdiri. Tidak
bisa diceritakan... harus datang kemari dan lihat sendiri.
Suasananya redup dan romantis.
Vegetasinya mengagumkan, lebat, rapat, tebal canopy nya.
Ketebalan atap pepohonan itu terbukti membuat GPS ini sempat macet
beberapa saat, signal satelit tidak mampu masuk menembus hutan.
Alat bantu navigasi canggih ini memble merem melek dibuatnya (alat
ini dibutuhkan karena saya bukan Forest Rangers, cuma "piknikers"
saja kok hehe). Buat yang suka hutan dan isinya, ini jelas
perjalanan yang asik. Hutan dengan ekosistem terjaga baik yang bisa
dilihat disebuah propinsi bernama Jawa Barat, dipulau ini yangg
kondang punya "WC terpanjang didunia". Bayangan sih ketemu tempat
beginian cuma ada di Sumatra, di Taman Nasional Kerinci Seblat,
tapi bukan di Sukabumi.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Gunung/Kawah - Halimun | | | | |
Disini saat malam, sempatkan melihat jamur ber-fosfor, menyala
dimalam gulita, alamak eloknya tiada banding. Jamur itu tidak
setiap saat bisa ditemui, hanya jika hujan siang harinya, maka
malamnya dia akan "merekah bersinar", dan baru tiga hari terakhir
ini turun hujan disini, dasar beruntung! Aduh senangnya, Disini
kita berjalan di canopy trail dengan senter dalam gulita malam,
lalu senter dimatikan... tau tau dikiri kanan muncul sinar
kecil-kecil sebesar jarum pentul menempel dipepohonan dan ditanah.
Membayangkan jika itu jumlahnya ratusan, seperti dikelilingi
titik-titik sinar putih kehijauan (mirip bijih tasbih fosfor yang
dijual dipasaran itu lho, ini menempel dipohon dan tersebar gitu),
kiri kanan dikelilingi cahaya aneh seperti itu, .. hmmm. Di
Kalimantan ada akar kayu yang bisa menyala dimalam hari karena
memuat endapan fosfor, jika kambium akarnya kita belah maka akan
keluar sinar menyala. Buat orang yang tidak mengerti, itu bisa
dianggap "benda bertuah" yang menyala secara ghaib, wangsit sakti.
Selain jamur menyala itu, disini juga ada kunang-kunang
malam, berkelip bersama kepakan sayapnya. Indah. Jumlahnya tidak
banyak, tapi lumayan menghibur ketika malam sendirian dan mereka
nongol berterbangan. Melihat mereka terbang sambil menyandarkan
tubuh dibatang pohon, dan bintang diatas kepala adalah kombinasi
terbaik yang bisa dinikmati dimalam hari (liat lainnya engga bisa
kan).
Gunung Halimun dikenal sebagai area populasi beberapa binatang
langka seperti macan tutul pohon, macan kumbang, owa abu abu jawa
dan elang jawa. Peneliti gabungan JICA Japan dan LIPI atau beberapa
lembaga riset Eropa dan Amerika kerap menyambangi area ini secara
regular. Bahkan JICA Japan membangunkan satu wanariset cukup megah
ditengah hutan dipintu masuk area ini yang juga merangkap sebagai
guest house tamu yg akan menginap disini. Bicara soal macan
disini, tidak bisa dilepaskan dari mistik lokal. Para peneliti
mamal top predator ini percaya bahwa rangkaian gunung disini
merupakan "last eden" untuk family kucing raksasa ini, namun mereka
hanya bisa meneliti diarea sekitar Halimun 1 serta Gunung Salak,
Gunung Gede. Sedangkan di Gunung Halimun 2 kehadiran peneliti
ditolak oleh Abah Anom, karena dia dan pengikutnya (kepercayaan
Sunda Wiwitan), percaya bahwa semua macan itu adalah peliharaan
Prabu Siliwangi dan pantang untuk diusik sekalipun untuk keperluan
riset. Ada sih kejadian aneh memang, ketika peneliti itu
menyebarkan belasan alat potret otomatik di Halimun 1 untuk
pendataan populasi macan jawa, ada beberapa "bentuk ganjil" terekam
dalam foto. Yah kayak "dunia lain", jin-nya ikut mejeng, bukan foto
macan yang didapat malah mahluk yang nggak jelas species apaan dari
gumpalan asap warna merah api. Disekitar desa Cileles di Gunug
Halimun 2, penduduk dan orang yang melintas diarea itu kerap
bertemu dengan satu mahluk pendek mirip anak kecil tapi tubuhnya
berwarna kulit merah. Tidak ada yang tahu itu apa dan ngapain
mahluk aneh itu suka nongol diarea tsb. Tidak juga jelas apakah dia
menyerang penduduk lokal atau engga. Bentuknya manusia sih.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Gunung/Kawah - Halimun | | | | |
Penduduk disini kalau malam engga berani kelayapan jauh dari
pusat kampung, anak-anak mereka dilarang keluar rumah. Tapi kalo
orang kota kemari, dengan nyantainya keluyuran potong hutan.
Petugas PHPA nya aja sewaktu diajak tour potong hutan malam hari,
dia ogah dan wanti-wanti. Binatang buas paling mematikan yang suka
kelayapan sampai kekampung adalah macan tutul dan macan kumbang
hitam. Hewan liar lainnya seperti babi hutan, berang-berang, tupai,
anjing hutan, ular python 2-3 meteran, musang sih biasa aja buat
mereka. Kalo pun mereka keluar rumah melintas kebun sawah, itupun
selalu bawa golok, engga berani polosan saja jalan
"melenggang-kangkung" dan mereka tidak mau kedekat perbatasan hutan
saat malam, takut. Karena rawan dengan macan tutul dan macan
kumbang, area ini enga rekomen buat liburan keluarga bawa anak
istri, terlalu riskanlah. Kalo maunya tidur di wanariset Cikaniki,
itu baru utk keluarga, piknik. Sudah biasa ada kejadian
ternak diterkam macan, dan hebatnya JICA Japan akan membayar ternak
yg mati itu asal penduduk tidak membunuh macan itu. Waktu malam
menginap dibatas hutan, sempat merasa takut dua kali, engga liat
apa-apa tiba-tiba saja timbul rasa takut. Celingukan kiri kanan
engga liat apa-apa kok, tapi rasa takut kerasa banget menusuk-nusuk
(feeling emang engga bisa dibohongi ya, sekalipun mata engga lihat
apa-apa dimalam gelap). Sekali takut, lalu hilang begitu saja, lalu
sejam kemudian begitu lagi kerasa mencekam menakutkan. Ada
perasaan sunyi yang luarbiasa, aneh rasanya tidak ketemu dengan
manusia, tidak ada yg diajak bicara, tidak ada apapun. Seluruh
indera kita yang bertahun tahun dipakai buat mikir, bicara nerocos
terus, atau berpikir pekerjaan, mendadak di"matikan" selama
disini. Ada perasaan bingung yang amat sangat dan tidak
lumrah karena tidak bisa bicara dengan manusia hidup. Sunyi senyap
menggigit seperti dinginnya malam. Jika dipikir, sungguh
menyenangkan untuk sesaat kita tidak usah bicara dengan manusia,
dan "rasa" sunyi ini tidak akan bisa diceritakan jika tidak
mengalami sendiri.
Balai Taman Nasional Gunung Halimun
Jl Raya Cipanas Kabandungan POBOX 02 Parung Kuda Sukabumi Telp
0266-621.256/621.257 |