| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Gua - Gong Sambungan stalaktit dan stalakmit yang yercipta dalam waktu ratusan tahun | | | | | Ketika mendekati Gua Gong, yang terlihat di kanan kiri jalan
adalah bukit-bukit karst yang tandus. Justru karena ketandusannya
tersebut, memberikan nuansa yang berbeda, karena tak disangka di
salah satu pegunungan karst tersebut tersimpan sebuah mutiara
keindahan yang tercipta melalui stalaktit dan stalakmit selama
ratusan tahun.
Walaupun tandus, menempuh perjalanan ke Gua Gong lewat
Wonosari sungguh mengasikkan. Jalannya yang berkelok-kelok, naik
turun membuat pikiran menjadi segar. Namun mendekati lokasi gua,
jalanan yang kita lalui menyempit, terkadang naik sangat tajam
dan turun secara tajam sehingga seakan-akan jalanannya seperti
hilang. Untuk itu kita harus sangat berhati-hati terutama jika
berpapasan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan.
Hanya memakan waktu kurang lebih empat puluh lima menit dari
Wonosari untuk menuju Gua Gong. Jalannya lebar dan mulus, hanya
beberapa kilometer menjelang gua saja yang jalannya menyempit.
Waktu kami tiba di sana jarum jam masih menunjukkan pukul 06.30
pagi, suasana masih sepi dan ternyata gerbang gua masih ditutup.
Kami sempatkan mampir di warung yang terletak di depan gua
sebentar sembari menunggu dibukanya gerbang gua. Pemilik warung
mengatakan, “ kalau petugas akan membuka gua pukul 07.00
pagi”.
Gua yang terletak di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung,
Kabupaten Pacitan ini merupakan gua yang terindah dan terdalam
diantara gugusan gua-gua yang terletak di disekitarnya. Karena
masih ada beberapa gua lain yang letaknya tidak terlalu jauh dari
Gua Gong, seperti Gua Tabuhan dan Gua Putri. Karena keindahannya
tersebut, pihak pengelola pun secara serius menggarap wisata ini
dengan baik. Walaupun terletak disalah satu puncak bukit karst
yang terjal, pengelola menyediakan lokasi parkir mobil yang
lumayan luas, kurang lebih bisa menampung dua puluh kendaraan.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi membludaknya pengunjung di
hari-hari libur. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Gua - Gong Shelter gua gong | | | | |
Para pemandu yang berseragam juga telah disiapkan untuk
menemani para tamu. Ketika kami menuju tangga masuk ke gua, Pak
Rubadi (40) siap menemani kami selama perjalanan di dalam gua.
Sebelum memasuki gua, Pak Rubadi bercerita sedikit tentang
asal-usul Gua Gong.
“Alkisah waktu itu, Dusun Pule mengalami kemarau yang
panjang, sehingga sulit untuk mencari air minum dan air untuk
berbagai keperluan sehari-hari. Maka Mbah Noyo Semito dan Mbah
Joyo mencoba mencari air ke dalam gua yang dianggapnya terlalu
jauh dari rumah penduduk kurang lebih 400 meter. Dengan
menggunakan alat penerangan tradisional berupa obor (daun kelapa
kering yang diikat) hingga menghabiskan tujuh ikat, kedua kakek
tersebut berhasil menelusuri lorong-lorong gua hingga menemukan
beberapa sendang dan mandi di dalamnya. Peristiwa tersebut
terhitung 65 tahun yang lalu yang dihitung mundur dari tahun
1995.
Atas penemuan tersebut, pencarian berikutnya pun dilakukan,
tepatnya pada hari Minggu Pon tanggal 5 Maret 1995, berangkatlah
sejumlah rombongan yang berjumlah delapan orang untuk
mengeksplore lebih jauh tentang keberadaan gua tersebut. Singkat
cerita akhirnya rombongan tersebut berhasil menyusuri gua yang
keindahannya bisa dirasakan sampai sekarang”.
Penamaan gua Gong sendiri bertalian erat dengan salah satu
nama perangkat gamelan Jawa. Konon pada saat-saat tertentu, di
gunung yang ada guanya tersebut sering terdengar bunyi-bunyian
seperti gamelan jawa, pertunjukan reog, terbang-an bahkan sering
terdengar orang menangis yang memilukan. Karena itu masyarakat
sekitar menamakan gua tersebut menjadi Gua Gong.
Karena itu sebelum masuk ke gua harus diperhatikan tata tertib
masuk gua, diantaranya: berbicara sopan, saling menghormati,
berjalan melalui jalur yang sudah ditentukan, setiap rombongan
harus didampingi oleh pemandu. Begitupun untuk syuting komersial
juga tidak diperbolehkan kecuali syuting dokumenter, itupun harus
melakukan proses perijinan terlebih dahulu. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Gua - Gong Pintu masuk gua gong | | | | |
Setelah membaca tata tertib tersebut, barulah kami memasuki
gua bersama pak Rubadi. Pertama memasuki gua, kami langsung
takjub dengan warna dinding-dinding gua yang terlihat kuning
keemasan. Tak lama kemudian kami mendengar bunyi gemuruh,
ternyata kipas angin besar yang sengaja diletakkan di beberapa
sisi gua untuk mengurangi rasa panas di dalam gua, jika
pengunjung membludak. Kemudian kami memasuki ruang pertama, yaitu
ruang Sendang Bidadari. Dalam ruangan ini terdapat sendang kecil
dengan air yang dingin dan bersih. Di sebelahnya adalah ruang
Bidadari, dimana menurut cerita diruangan kadang melintas
bayangan seorang wanita yang cantik.
Ruang tiga dan empat adalah ruang kristal dan marmer, dimana
dalam ruangan tersebut tersimpan batu kristal dan marmer di
sisi-sisi atas dan samping gua dengan kualitas yang hampir
sempurna. Memasuki ruang lima, adalah ruangan yang sedikit
lapang. Di tempat ini pernah dijadikan konser musik empat negara,
yaitu; Indonesia, Swiss, Inggris dan Perancis dalam kerangka
mempromosikan keberadaan Gua Gong ke mancanegara.Ruang enam
adalah ruang pertapaan dan terakhir ruang tujuh adalah batu gong.
Adalah batu-batu yang apabila kita tabuh akan mengeluarkan suara
seperti gong.
Kurang lebih satu jam lamanya kami berada di dalam gua,
walaupun sudah dipasang kipas angin, tetap saja masih terasa
panas kalau berlama-lama d dalam gua. Luar biasa memang fenomena
alam yang menciptakan gua ini, hampir seluruh isi gua mengandung
makna dan legenda dan secara fisik pun terlihat mengagumkan.
Selain itu, jika anda berkunjung ke Gua Gong, anda dapat
berkunjung ke tempat wisata lain yang berdekatan. Yaitu : Gua
Tabuhan Gua Putri, Pantai Klayar, Pantai Teleng Ria, Pantai Watu
Karang dan Pemandaian Air Hangat Arjosari. ( By AMGD )
|