Alam indonesia kita sangatlah kaya akan keanekaragaman alam dan
budaya, banyak sekali tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia
ini yang tidak banyak orang tahu, salah satunya adalah Tempat
Wisata Bledug Kuwu yang ada didaerah Purwodadi Jawa Tengah.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Lain-lain - Bleduk Kuwu | | | | |
Tempat wisata yang satu ini sangatlah unik, sangat berbeda
dengan tempat wisata-wisata lainnya, tempat wisata ini bernama
Bledug Kuwu. Jika di Amerika Serikat kita dapat menjumpai SALT LAKE
(padang garam) yang berasal dari dangkalan laut kemudian berubah
menjadi daratan luas, dan pada saat ini daratan tersebut sering
digunakan sebagai ajang pengujian kendaraan tercepat didunia. Lain
halnya dengan dangkalan laut yang terdapat di Indonesia, sekaligus
merupakan keajaiban alam yang tidak dimiliki oleh negara-negara
lain, namanya bledug kuwu, letaknya disamping desa kluwu, kecamatan
kradenan kabupaten grobogan, juga karena suaranay yang secara
periodik meletupkan bunyi bledug(seperti meriam yang terdengar dari
kejauhan)dari gelembung lumpur bersamaan dengan keluarnya asap, gas
dan air garam. Melalui proses tersebut menjadikan daratan bledug
yang dulunya berada didasar laut, sekarang menjadi daratan yang
mempunyai ketinggian kurang lebih 53m dari permukaan laut. Luas
arealnya 45Ha dengan suhu minimum 31derajat celcius.
Untuk melalui Tempat Wisata Bledug kuwu ini kita harus menempuh
jalan darat, dari semarang melalu purwodadi sampai ke desa Kluwu.
Selama perjalanan kita disuguhi banyak sekali pemandangan alam yang
sangat indah, hamparan sawah yang hijau dan langit yang biru.
Pemandangan bukit-bukit yang begitu indah, sehingga perjalanan
untuk menuju tempat wisata ini tidaklah terasa membosankan. Karena
mata kita sangat segar karena memandang pemandangan alam yang serba
hijau dan indah.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Lain-lain - Bleduk Kuwu | | | | |
Sesampai di Bledug Kuwu, ada perbedaan yang sangat mencolok.
Selama perjalanan kita disuguhi oleh pemandangan alam yang indah
dan subur, tetapi sangat bertolak belakang dengan Bledug Kuwu.
Daerah yang sangat tandus, panas, dan tidak subur. Tetapi ini
menjadikannya sangat indah, dua sisi yang berbeda. Selain menikmati
keindahan wisata Bledug Kuwu, ternyata disana banyak sekali
penduduk desa yang mencari nafkahnya dari Bledug Kuwu sebagai
petani garam. Dari sumber air garam bledug kuwu, petani garam
mengolahnya hingga menjadi garam dapur. Kemashyuran rasa garam
gledug kuwu pernah tercatat dalam sejarah keraton surakarta. Hal
ini dapat dibuktikan melalui berbagai keterangan dari masyarakat
sekitarnya. Didaerah ini terdapat gunungan-gunungan kecil yang
puncaknya mengeluarkan lumpur berwarna kekuning kuningan.
Bledug Kuwu mempunyai keistimewaan tersendiri, apabila dilihat
dari peta geologi Dr AJ Panekoek, bahwasanya tanah-tanah yang ada
bledugnya adalah jenis Aluvial Plains(tanah endapatan atau tanah
mengendap) bersamaan dengan meletupnya bledug, keluarlah uap, gas
dan air garam. Suara bledug terjadi karena muntahnya kawah yang
berupa lumpurdengan warna kelabu atau kelabu kehitam hitaman,
tetapi kalau dicampur dengan air maka akan menjadi putih. Apabila
diendapkan air endapan bledug kuwu adalah tanah kapur dan tepat
sekali apabila disitu dulunya laut kemudian menjadi daratan, karena
erosi dari gunung kapur sudah tentu tanah endapannya mengandung
kapur.
Barry Kusuma
Legenda: Ajisaka dan Kisah Naga Mencari Ayah *
Sebagaimana obyek-obyek wisata alam lainnya di tanah
air, obyek wisata Bledhug Kuwu juga memiliki legenda yang cukup
memikat yang melatar-belakangi kemunculannya.
Dikisahkan, pada sekitar abad ke-7 Masehi, daerah Grobogan
termasuk dalam wilayah Kerajaan Medang Kamolan yang diperintah oleh
Dinasti Sanjaya/Syailendra. Salah seorang raja dari dinasti ini
adalah Dewata Cengkar, seorang yang konon amat gemar makan daging
manusia. Karena kesukaan raja yang aneh tersebut, membuat rakyat
merasa ketakutan. Mereka tidak ingin menjadi santapan sang raja
yang haus darah itu. Berbagai cara dilakukan untuk melawan sang
raja, tetapi semuanya sia-sia saja. Tak ada yang bisa mengalahkan
kesaktian sang raja.
Beberapa waktu kemudian, muncullah Ajisaka, seorang
pengembara, yang merasa prihatin dengan penderitaan yang dialami
oleh rakyat. Ajisaka pun kemudian berusaha untuk menghentikan
kebiasaan sang raja. Dengan disaksikan oleh ribuan pasang mata,
Ajisaka pun menantang adu kesaktian dengan sang raja. Banyak orang
yang menyangsikan kemampuan Ajisaka, mengingat tubuhnya yang kecil.
Namun apa pun, masyarakat tetap menaruh harapan kepada
Ajisaka.
Sang raja yang menerima tantangan Ajisaka hanya
terbahak-bahak. Raja pun menawarkan, kalau seandainya Ajisaka mampu
mengalahkannya, maka Ajisaka berhak memperoleh hadiah berupa
separuh wilayah kerajaan. Sebaliknya, jika Ajisaka kalah, maka raja
akan memakan tubuh Ajisaka.
Ajisaka pun menyanggupi semua tawaran sang raja. Adapun
permintaan terakhir Ajisaka kepada sang raja adalah, jika dia kalah
dan tubuhnya dimakan oleh sang raja, Ajisaka memohon agar
tulang-tulangnya nanti ditanam dalam tanah seukuran lebar ikat
kepalanya.
Tentu saja sang raja segera mengiyakan dan sama sekali tidak
menduga bahwa ikat kepala Ajisaka itu adalah ikat kepala yang
mengandung kesaktian. Ajisaka segera melepas ikat kepalanya dan
kemudian menggelarnya di atas tanah. Ajaib, ikat kepala itu berubah
menjadi melebar. Raja Dewata Cengkar menggeser tempat berdirinya.
Hal itu berlangsung terus seiring dengan makin mebelarnya ikat
kepala Ajisaka, sampai akhirnya Dewata Cengkar tercebur di Laut
Selatan. Namun Dewata Cengkar tidak mati, sebaliknya, tubuhnya
menjelma menjadi bajul (buaya) putih. Sepeninggal Dewata Cengkar,
rakyat kemudian menobatkan Ajisaka sebagai raja di Medang
Kamolan.
Pada saat Ajisaka memerintah Medang Kamolan, muncullah seekor
naga yang mengaku bernama Jaka Linglung. Menurut pengakuannya, dia
adalah anak Ajisaka dan saat itu sedang mencari ayahnya.
Melihat wujudnya, Ajisaka menolak untuk mengakuinya sebagai
anak. Ajisaka pun berusaha menyingkirkan sang naga, tetapi dengan
cara yang amat halus. Kepada sang naga, Ajisaka mengatakan akan
mengakuinya sebagai anak, jika naga itu berhasil membunuh buaya
putih jelmaan Dewata Cengkar di Laut Selatan.
Terdorong keinginan untuk diakui sebagai anak, Jaka Linglung
pun menyanggupi permintaan Ajisaka untuk membunuh Dewata Cengkar.
Jaka Linglung pun segera berangkat. Oleh Ajisaka, Jaka Linglung
tidak diperkenankan melalui jalan darat agar tidak mengganggu
ketenteraman penduduk. Sebaliknya, Ajisaka mengharuskan Jaka
Linglung agar berangkat ke Laut Selatan lewat dalam tanah.
Singkatnya, Jaka Linglung pun sampai di Laut Selatan dan
berhasil membunuh Dewata Cengkar. Sebagaimana berangkatnya,
kembalinya ke Medang Kamolan pun Jaka Linglung melalui dalam tanah.
Dan sebagai bukti bahwa dia telah berhasil sampai di Laut Selatan
serta membunuh Dewata Cengkar, Jaka Linglung tak lupa membawa
seikat rumput grinting wulung dan air laut yang terasa
asin.
Beberapa kali Jaka Linglung mencoba muncul ke permukaan,
karena mengira telah sampai di tempat yang dituju. Kali pertama dia
muncul di Desa Ngembak (kini wilayah Kecamatan Kota Purwodadi),
kemudian di Jono (Kecamatan Tawangharjo), kemudian di Grabagan,
Crewek, dan terakhir di Kuwu (ketiganya masuk Kecamatan Kradenan).
Di Kuwu inilah, konon Jaka Linglung sempat melepas lelah. Dan
tempat munculnya inilah yang kini diyakini menjadi asal muasal
munculnya Bledhug Kuwu.
|