Sore itu matahari mulai bergerak ke ufuk barat, semburat warna
merahnya terlihat indah disela-sela pegunungan bukit barisan.
Deru ombak lautan yang terdengar menderu-deru, sayup-sayup
melemah ketika menyentuh putihnya pasir Teluk Kiluan. Dipadu
dengan kicauan suara berbagai burung, betul-betul kita merasakan
perpaduan antara jiwa dengan alam sekitar.
Kurang lebih membutuhkan waktu enam jam lamanya melalui jalan
darat untuk mencapai Ekowisata Teluk Kiluan yang terletak di
koordinat S5.749252 E105.192740 dari arah Pelabuhan Bakaehuni,
atau kurang lebih sekitar 80 km dari Kota Bandar lampung. Dari
Bakaeuhuni kita bisa mengikuti jalur lintas timur Sumatera sampai
dengan pertigaan arah Pelabuhan Panjang. Kemudian ambil jalur
Pelabuhan Panjang, terus ke arah Lempasing, Mutun dan diujung
jalur ini kita akan ketemu Teluk Kiluan. Namun sebelum sampai ke
teluk ini, perlu perjuangan ekstra keras, karena tidak semua
jalur yang kita lalui beraspal.
 | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Pantai - Teluk Kiluan Persawahan yang terletak di belakang Teluk Kiluan | |  | |  |
Mulai memasuki daerah Lempasing, jalannya menyempit,
berkelok-kelok dan naik turun. Kita harus ekstra hati-hati dalam
mengendarai mobil ketika melalui jalur ini jika tak mau jatuh ke
dalam jurang. Walaupun begitu, kita akan disuguhi pemandangan
hijau hutan yang terletak di kanan kiri jalan yang menyejukkan
mata. Sesekali akan terlihat lautan luas nan biru yang terlihat
dari sebelah kiri tebing-tebing jalan yang kita lalui. Tambak
udang juga banyak terlihat di sisi kiri jalan yang langsung
berhadapan dengan lautan.
Sebelum memasuki desa terakhir dengan jalanan yang dapat
dilalui dengan mobil, perkampungan khas Lampung dengan rumah
panggungnya menjadi daya tarik tersendiri dalam perjalanan menuju
Teluk Kiluan. Setelah itu barulah kita memasuki desa Bawang,
dimana jalanan yang kita lalui berubah menjadi jalan tanah yang
bergelombang dan berbatu-batu. Kemudian Perjalanan dilanjutkan
dengan naik ojek dikarenakan mobil tidak mungkin bisa melintas
lagi. Mobil yang kita bawa pun terpaksa harus dititipkan di balai
desa agar aman selama kita pergi ke Teluk Kiluan.Ternyata tidak
sulit untuk menemukan tukang ojek di daerah ini, karena memang
mereka sudah siap setiap waktu untuk mengantar tamu ke
Kiluan.
Menurut Mas Yanto, salah seorang pengojek, “ Yang lebih
sering datang adalah orang Bule”. Jadi para pengojek malah
lebih sering mengantar tamu bule. Saat saat naik ojek adalah saat
yang mendebarkan sehingga memacu andrenalin kita, karena harus
melalui jalanan yang yang naik turun sangat curam. Terkadang ada
beberapa ruas dimana kita harus turun dari kendaraan agar motor
yang kita kendarai bisa naik. Bayangkan saja, kita mesti melalui
( menerabas ) G.Tanggamus ( 1.126 meter ) yang merupakan
rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Karena dibalik gunung inilah
surga tersembunyi “Teluk Kiluan” akan kita
temukan.
Pemandangan unik lain juga bisa kita lihat di sepanjang jalan
ketika naik ojek ke arah Kiluan. Kurang lebih tiga kilometer
sebelum Kiluan ada perkampungan orang Bali, dimana semua
kehidupan yang ada di situ persis adanya seperti di Bali. Dari
mulai bangunan, tempat ibadah, cara berladang, bermasyarakat
sampai dengan proses kehidupan sehari-hari
 | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Pantai - Teluk Kiluan Pulau Kiluan | |  | |  |
Akhirnya, setelah kurang lebih hampir 50 menit naik ojek, dan
melalui perjuangan yang cukup melelahkan, keindahan Teluk Kiluan
terlihat di depan mata. Takjub dan bahagia, itulah dua kata yang
langsung tercetus dari dalam hati kami ketika menjejakkan kaki di
teluk ini. Sejauh mata memandang ke depan membentang birunya
laut, memandang ke belakang hijaunya hutan pegunungan bukit
barisan dan selingi oleh suara angin laut yang sepoi-sepoi
bagaikan nyanyian alam yang menyambut kedatangan para
tamunya.
Setelah beberapa menit menikmati keindahan alam, Pak Johan,
salah satu sesepuh di Teluk ini menyapa kami dan mengucapkan
selamat datang dengan ramahnya. ”Silakan menikmati
Ekowisata Kiluan yang sederhana dan apa adanya ini,” Sapa
beliau dengan kesederhaannya. Kemudian kami semua menuju pondok
yang terletak di pinggir pantai sambil menikmati minuman ala
kadarnya yang telah disediakan. Setelah memperkenalkan satu
persatu warga yang mengurus teluk ini, kami pun menanyakan banyak
hal.
Diantaranya adalah mengenai sejarah atau asal-usul kiluan.
Sebetulnya banyak legenda yang bercerita tentang Kiluan, tapi ada
satu legenda yang sampai sekarang masih beredar dan dipercaya
oleh masyarakat sekitar. Legenda berawal saat era mulai runtuhnya
Kerajaan Majapahit dan Islam masuk Indonesia. Di kawasan yang
awalnya umbul atau perlambangan masyarakat Pekon Bawang, dikenal
seorang pendatang yang sangat tinggi kesaktiannya. Dia bernama
Raden Mas Arya yang berasal dari daerah Banten atau Malaka.
Karena kesaktiannya yang belum terkalahkan, dia bisa tahu kapan
ajalnya akan tiba.
Suatu hari Raden Mas Arya ditantang tanding oleh seorang warga
setempat. Sang penantang ini adalah seorang guru silat dari
Kotaagung, Tanggamus. Karena tahu ajalnya akan tiba ditangan Sang
Penantangnya, Raden Mas Arya meminta dimakamkan di suatu pulau
yang ditunjuknya. Karena itu pulau tempat dimakamkannya Raden Mas
Arya dinamakan dengan Kiluan ( bahasa lampung ) yang artinya
adalah meminta. Legenda ini dikuatkan dengan adanya semacam
tumpukan batu ( mirip makam ) di puncak ketinggian Pulau
Kiluan.
Setelah Puas berbincang-bincang dengan Pak Johan tentang
sejarah Kiluan, kami pun naik perahu mengelilingi lautan
disekitar pulau untuk melepas penat perjalanan dan kemudian
mampir di Pulau Kiluan. Ternyata untuk mencapai Pulau Kiluan kita
masih harus menyeberang 10 menit lagi dari Teluk Kiluan dengan
naik perahu motor. Pulau yang asri, pasir putih, dengan suasana
yang hening hanya terdengar deburan ombak, cocok sekali sebagai
tempat peristirahatan atau tempat untuk mencari
inspirasi-inspirasi baru. Penginapan sederhana yang berbentuk
rumah panggung sudah tersedia di pulau ini, yang disediakan untuk
para tamu yang ingin menginap. Untuk ukuran sebuah pulau yang
terletak di pedalaman, penginapan ini tergolong lumayan bagus
yang dilengkapi dengan fasilitas standar.
Tidak hanya menikmati keindahan Kiluan, wisata lain yang dapat
dinikmati di kawasan ini adalah menikmati keindahan tarian
lumba-lumba. Untuk menikmatinya, kita masih harus naik perahu
duapuluh menit ke arah tengah Samudera dari Pulau Kiluan.
Setidaknya ada dua jenis lumba-lumba di perairan ini, spesies
pertama adalah lumba-lumba hidung botol ( Tursiops Truncatus )
dengan badan yang lebih besar dan pemalu. Spesies yang kedua
adalah lumba-lumba paruh panjang ( Stenella Longirostris ) yang
bertubuh lebih kecil dan senang melompat. Namun lumba-lumba
tersebut jumlahnya makin lama makin turun karena perburuan yang
dilakukan oleh manusia.
Untuk melindungi kekayaan alam yang ada di Kiluan maka
didirikanlah Yayasan Cinta Kepada Alam ( Cikal ) yang salah satu
misinya adalah menjalin kerjasama kemitraan dengan Pemerintah
Daerah, Instansi-instansi, atau lembaga-lembaga yang terkait (
NGO ) di dalam mengembangkan Teluk Kiluan Kelurahan Negeri
Kelumbayan Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus Propinsi
lampung. Dan salah satu tujuan didirikannya yayasan ini adalah
Melestarikan satwa-satwa lainnya di sekitar Teluk Kiluan seperti
Penyu Sisik ( Eretmochelys Imbricate ), Siamang ( Symphalangus
Syndactylus ), Simpai ( Presbythis Melalops ), Beruang Madu (
HelarctosMalayanus ) dan Kukang ( Nycticebus Coucang ).
Selain keunggulan yang dimiliki oleh kiluan, ada beberapa hal
yang harus diperbaiki terutama : jalan menuju Teluk Kiluan harus
diperbaiki supaya aksesnya lebih mudah. Sarana dan prasarana yang
ada di Kiluan sendiri harus diperbaiki, misalkan MCK ( Mandi Cuci
Kakus ) dan kelengkapan-kelengkapan lainnya yang berkaitan dengan
wisata bahari. Niscaya Teluk Kiluan akan menjadi salah satu
primadona wisata Kota Lampung ke depan jika didukung dengan
manajemen operasi dan keuangan yang baik ( By AMGD ).
|