Daerah Bandung Selatan ternyata mempunyai sebuah objek wisata
bersejarah yang cukup unik di Gunung Puntang. Bila anda sudah
bosan berkunjung ke Ciwidey yang terkenal dengan objek wisata
Kawah Putih dan Situ Patenggang-nya, dan andapun telah jenuh
berkunjung ke Pengalengan, tidak ada salahnya mencoba berkunjung
kekawasan ini. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Tempat Bersejarah - Gunung Puntang Suasana dalam gua, masih banyak kelelawarnya | | | | |
Gunung Puntang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan
Malabar. Di kawasan ini terdapat bumi perkemahan yang dikelola
oleh pihak Perhutani. Udara yang sejuk pada ketinggian 1290 m,
sungai yang jernih ditambah dengan paduan pohon pinus yang tumbuh
alami, memberikan kedamaian tersendiri saat berada di lokasi.
Keindahan panorama sekitar kawasan ini sudah bisa dinikmati
sepanjang perjalanan semenjak dari persimpangan jalan
Banjaran-Pangalengan dan jalan Gunung Puntang. Saat tiba di
gerbang Perhutani, sempatkan waktu berhenti sejenak untuk melihat
hamparan Plato (lempengan) Bandung dari ketinggian. Kabarnya, di
musim penghujan, area Malabar merupakan salah satu daerah
konsentrasi hujan.
Untuk masuk ke areal perkemahan, dikenakan biaya yang relatif
murah. Tiket perorangan 4000 rupiah per hari, sewa lahan per 3
orang 2500 rupiah, sepeda motor 1000 rupiah, sedan/minibus 3000
rupiah sedangkan bus/truk 5000 rupiah. Selain berkemah,
aktifitas-aktifitas outdoor seperti forest tracking atau sekedar
main air di kali yang jernih dapat menjadi pilihan bagi
pengunjung. Sebuah air terjun dengan ketinggian sekitar 100 meter
dapat menjadi target alternatif dengan cara melakukan perjalanan
selama 2 jam menembus hutan. Untuk mencapai lokasi Curug
Siliwangi ini, sebaiknya menggunakan jasa pemandu arah setempat
agar tidak tersesat.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Tempat Bersejarah - Gunung Puntang Sketsa “Berg Antenna” , panjang antena sampai 2 km. | | | | |
Lahan perkemahan yang ada di kawasan ini cukup nyaman. Sudah
tersedia fasilitas MCK (sayang, kurang terurus), rumah kecil
milik perhutani (cabin) yang bisa disewa (cukup mewah untuk
ukuran anak gunung), dan yang paling penting,
beberapa warung juga tersedia! Bahkan fasilitas listrik juga
sudah masuk.
Tidak hanya menawarkan wisata alam yang menyejukkan hati,
dikawasan ini terdapat sebuah objek wisata sejarah peninggalan
bangsa Belanda yang cukup unik. Pada tahun 1923 area ini
merupakan suatu lokasi yang sangat terkenal di dunia karena
terdapat sebuah stasiun pemancar radio Malabar yang dirintis oleh
Dr. de Groot. Sebuah pemancar radio yang sangat fenomenal
dikarenakan antena yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio
memiliki panjang 2Km, membentang diantara gunung Malabar dan
Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter.
Sulit untuk dibayangkan bagaimana cara mereka membangun dengan
menggunakan teknologi yang ada pada masa tersebut.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Tempat Bersejarah - Gunung Puntang Salah satu daya tarik bagi anak-anak . Bermain di kali yang sangat jernih dan tidak curam | | | | |
Pada bagian dasar lembah, dahulu terdapat suatu bangunan yang
cukup besar yang berfungsi sebagai stasiun pemancar guna
mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12000 km.
Uniknya, mereka bisa mendapatkan lokasi yang sangat ideal, karena
arah propagasi struktur antena tersebut memang menuju negara
Kincir Angin terebut. Terlebih tempat ini cukup tersembunyi.
Uniknya, stasiun ini adalah murni pemancar, sedangkan
penerimanya ada di Padalarang (15km) dan Rancaekek (18km).
Hebohnya lagi, karena teknologinya masih boros energi,
Belanda membangun PLTA di Dago, PLTU di Dayeuh kolot, dan
PLTA di Pangalengan, lengkap dengan jaringan distribusinya
hanya untuk memenuhi kebutuhan si pemancar ! Pemancar ini antara
lain masih menggunakan teknologi kuno yaitu busur listrik
(Poulsen) untuk membangkitkan ribuan kilowat gelombang radio
dengan panjang gelombang 20 km s/d 7,5 km.
Bagi yang tertarik dengan sejarah stasiun radio Malabar ini,
dapat mendownload ulasannya pada majalah tahun 1925 berbahasa
Jerman di http://www.xs4all.nl/ . Sedangkan foto-foto antiknya
bisa dilihat di http://home.luna.nl/~arjan-muil/radio/history/malabar/malabar1.html
Gedung radio pemancar ini bentuknya sangat cantik di masa itu.
Sayangnya, saat ini bangunan tersebut hanya tersisa beberapa
potong tembok saja, dikarena struktur bangunannya yang terbuat
dari separuh kayu dan separuh tembok. Selain sepotong sisa
bangunan tadi, ada juga sisa struktur dinding kolam yang saat ini
dikenal dengan nama Kolam Cinta. Konon ada kepercayaan, jika
sejoli berpacaran di lokasi ini akan membawa dampak bagi
kelangsungan hubungan mereka. Kalau mau mendaki, sisa-sisa antena
juga masih bisa dilihat dilereng gunung.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Tempat Bersejarah - Gunung Puntang Salah satu kolam renang yang ada. Airnya datang langsung dari mata air yang hanya disaring dengan ijuk | | | | |
Selain bangunan utama berupa stasiun radio pemancar, pada area
Gunung Puntang ini dahulunya juga terdapat perkampungan yang
dihuni oleh awak stasiun pemancara dengan fasilitas yang cukup
lengkap. Perkampungan yang dikenal dengan Kampung radio (Radio
Dorf) ini juga dilengkapi rumah-rumah dinas petugas, lapangan
tenis, bahkan konon gedung bioskop juga tersedia di masa
tersebut.
Sebuah gua peninggalan Belanda juga bisa ditemukan disini dan
bisa ditelusuri dengan mudah meskipun bagian dasar gua cenderung
becek pada bagian dalamnya. Mulut gua ini cukup tersembunyi
diantara lekukan tanah yang bila diperhatikan secara sekilas
mirip dengan wajah harimau.
Kembali ke masa sekarang, pada area Gunung Puntang terdapat
sebuah fasilitas rekreasi yang tidak kalah menarik. Fasilitas
milik swasta ini berupa taman (namanya :Bougenvile) yang di
dalamya terdapat 3 villa, 2 kolam renang, tempat bermain anak dan
lokasi ini dialiri beberapa stream sungai kecil yang sangat
jernih airnya. Kolam renang yang ada meperoleh pasukan air
langsung dari mata air yang mengalir terus menerus sehingga
selalu jernih, dingin dan bebas kaporit :)
Untuk masuk ke lokasi ini kita harus juga membeli tiket masuk
dan parkir mobil. Vila-vila yang ada bisa disewa dengan
tarif dari 700 ribu sampai 800 ribu rupaih. Jika berminat untuk
menyewa seluruh lokasi beserta semua fasilitas yang ada dikenakan
biaya sebesar 4 juta rupiah sehari.
Sebenarnya Bandung selatan menyimpan banyak potensi wisata
sejenis, tapi sayang, pamornya kalah dengan Bandung Utara,
apalagi untuk mencapainya umumnya melewai daerah Dayeuhkolot yang
terkenal langganan banjir. Saran saya, coba lewat Cimahi
menuju Soreang. Sampai jumpa .
|