Ini cerita perjalanan saya ke Krakatau, tahun 2004 yang lalu.
Keinginan untuk pergi ke Krakatau sebenarnya sudah lama, namun
karena tidak tahu 'channelnya' baru kesampaian tahun lalu.Kehebohan
letusan Krakatau ditahun 1883 tidak perlu saya ceritakan secara
panjang lebar disini, karena informasinya sudah banyak dan ada
dimana-mana. Salah satunya bisa dilihat disitus web berikut:
 | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Gunung/Kawah - Gunung (Anak) Krakatau Pulau Sibesi dekat Kalianda, Lampung, juga dapat dilihat dengan cukup jelas dari lokasi anak Krakatau | |  | |  |
http://www.drgeorgepc.com/Vocano1883Krakatoa.html.
• Partikel debu halus dari letusan gunung dibawa oleh angin
sampai sejauh kota New York
• Letusan dapat didengar dari jarak 3000 mile (4500km)
• Debu volkanik mencapai atmosfer atas yang menyebabkan
terhambatnya sinar matahari menyinari bumi dan mengakibatkan
perubahan cuaca global dunia untuk beberapa tahun.
• Letusan menyebabkan beberapa rentetan gelombang tsunami.
Beberapa gelombang ini mencapai ketinggian 40 meter diatas
permukaan laut.
• Gelombang tsunami menewaskan sedikitnya 36.000 orang pada
waktu itu. Daerah bencana meliputi desa dan kota di sepanjang Pulau
Sumatera dan Jawa yang berbatas dengan Selat Sunda.
• Gelombang tsunami dicatat dan diobservasi di Samudera
Hindia, Samudra Pacifik, Pantai Barat Amerika, bahkan mencapai The
English Channel.
Berikut adalah catatan kecil saya, yang dapat digunakan sebagai
referensi bagi anda yang ingin berkunjung kesana.
Persiapan
 | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Gunung/Kawah - Gunung (Anak) Krakatau Kondisi jalan menuju puncak Anak Krakatau yang mendaki tajam | |  | |  | Yang pasti, karena tidak ada warung, apalagi restoran yang
enak, perlu bawa bekal makanan kesana . Jangan lupa bawa
air minum yang cukup karena pasti akan haus setelah berjalan di
pulaunya. Kebetulan speed boat yang kami tumpangi sudah dilengkapi
dengan life-vest (baju pelampung), jadi nggak perlu bawa dari
rumah. Kami sewa 2 speed boat, karena yang ikut ada 12 orang. Yang
ikut lebih banyak ceweknya ketimbang cowoknya (eh..siapa
takut!!)
Expect ombak besar. Jadi perlu juga bawa jaket hujan supaya
nggak basah, kecuali kalau ingin berbasah ria, lain soal. Ada juga
speedboat yang modelnya tertutup, tetapi saya kurang menyukainya
karena rasanya koq kurang ber 'interaksi' dengan alam ya 
Perjalanan ke Krakatau
Perjalanan di pagi hari ke Krakatau sangat seru, karena ombak
cukup besar, sehingga seluruh penumpang dalam satu perahu menjadi basah kuyup semua. Menurut guide
yang juga jadi kapten kapal kami, saat itu masih musim pancaroba,
jadi kalau angin barat yang datang, siap-siaplah bergoyang ria.
Perjalanan dengan speed boat makan waktu 2.5 jam dari pantai
Carita. Yang dituju adalah Anak Krakatau, yang letaknya ditengah
dan dikelilingi oleh Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung.
Semuanya masuk dalam gugusan pulau Krakatau. Pulau Anak Krakatau
ini sangat 'distinctive', karena hanya ditumbuhi tanaman di
sepanjang pantainya saja. Mendaki keatas sedikit sudah gersang.
 | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Gunung/Kawah - Gunung (Anak) Krakatau Tekstur tanah yang berbentuk kerikil kecil-kecil berwarna merah bertekstur lava, cukup menyulitkan upaya pendakian | |  | |  |
Setelah makan siang di pinggir pantai, perjalanan kami lanjutkan
dengan mendaki ria ke 'pundak' Anak Krakatau. Tidak terlalu jauh,
hanya 30 menit-an dengan berjalan kaki. Jalannya lumayan nanjak,
kaki sering kepeleset turun karena batunya seperti kerikil
kecil-kecil berwarna merah, bertekstur lava. Ketinggian 'pundak'
sekitar 170 meter dari permukaan laut. Langit cerah, matahari
terik, dan iQue 3600 saya mendeteksi hampir semua satelit GPS di
horizon dengan accuracy terlihat 5-6 meteran.
Menurut guide kami, kalau naik ke puncak anak krakatau untuk
melihat kawahnya, disarankan pagi-pagi sekali, karena panasnya
temperatur diatas situ. Tapi, setelah melihat curamnya jalan ke
puncak, wah saya jadi mikir beberapa kali. Mesti latihan
mountaineering dulu. , dan ya itu, mungkin saya tidak akan
tahan dengan panasnya juga. Bisa-bisa saya pulang matang 'well
done' bener . Kalau di pundaknya sih masih 'medium rare' lah
, itupun lebih karena terik matahari.
 | |  | |  | | |
| | | [navigasi.net] Gunung/Kawah - Gunung (Anak) Krakatau Dari pundak kelihatan asap-asap kecil keluar dari batuan yang menuju kearah puncaknya | |  | |  |
Dari pundak kelihatan asap-asap kecil keluar dari batuan yang
menuju kearah puncaknya itu. Menurut guide kami, di bulan Agustus,
biasanya ada semburan-semburan kecil dari Anak Krakatau ini, yang
bisa dilihat dari kejauhan. (Catatan: Saya pernah lewat di desa
Canti, Lampung, pada malam hari tahun lalu, dan memang terlihat
warna merah menyala dari puncak Anak Krakatau ini). Dari 'pundak'
Anak Krakatau bisa kelihatan gugusan pulau Krakatau dan pulau lain
sekitarnya. Pulau Sibesi dekat Kalianda, Lampung, juga kelihatan
jelas Viewnya: menakjubkan !
Perjalanan Pulang
Kami pulang sekitar jam 4 sore. Sebelum pulang rombongan sempat
snorkeling dulu di Pulau Panjang. Saya nggak ikutan. Yang ikut pada
bilang karangnya masih bagus-bagus dan ikannya berwarna warni. Dua
orang rekan yang ikut snorkeling terkena 'sting' ubur-ubur. Ya
perih dan gatal, tapi sebentar efeknya sudah menghilang. Perjalanan
pulang hanya ditempuh dalam 1.5 jam. Sore itu laut sudah tenang,
dan tentu saja kami tidak perlu berbasah ria lagi 
PS: Salah satu contact person untuk ke Krakatau: Pak Mulyadi.
telp. (0253)802858, Desa Carita, Sewa boat pergi-pulang Rp. 1.5
juta, harus nego. Tentu, ini bukan satu-satunya guide yang punya
speed boat dan bisa ngantar ke Krakatau.
|