| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Lain-lain - Batu Malin Kundang Sisa-sisa atau onggokan kapal yang digunakan oleh Malin Kundang yang iktu berubah menjadi batu | | | | | Sebenarnya saya ‘mampir’ kesini, karena penasaran saja
dan itu terjadi kira-kira pertengahan 2004 yang lalu. Batu Malin
Kundang terletak di daerah Air Manis, dan dapat ditempuh sekitar
setengah jam-an dari kota Padang kearah Selatan. Tidak ada petunjuk
dan tanda-tanda yang jelas di pinggir jalan raya untuk masuk ke
sana. Track menuju lokasi wisata ini sudah saya upload ke navigasi.net,
sehingga bagi pengunjung yang ingin datang berkunjung cukup mengikuti
saja track yang sudah ada, tanpa perlu report atau bingung lagi menentukan arah.
Dinas pariwisata setempat pun sepertinya
tidak acuh dengan tempat ini, suatu hal yang patut disayangkan
mengingat legenda Malin Kundang si anak durhaka tentunya sudah
cukup akrab ditelinga masyarakat Indonesia, yang tentunya akan
menaikkan minat turis lokal umumnya untuk mengunjungi objek wisata
ini.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Lain-lain - Batu Malin Kundang Tumpukan tali jangkar kapal, yang konon sudah tidak asli lagi | | | | | Dari informasi yang saya peroleh sebelumnya, jalan menuju lokasi
ini agak sulit karena harus melewati bukit yang sempit, terdapat
beberapa kelokan tajam serta dan dibeberapa bagian ada yang agak
rusak kondisi jalannya .Ternyata, saya beruntung kali ini,
jalan yang ada dan saya lewati ternyata lumayan bagus, memang
terdapat beberapa bagian yang agak sempit sehingga apabila
berpapasan dengan mobil lain menuntut kewaspadaan. Tapi itu berarti
saya tidak perlu lagi untuk jalan kaki naik-turun bukit itu, bukan
?
Saya datang hari Minggu pagi, pintu masuk kesana dijaga oleh
beberapa pemuda setempat yang memang mencari nafkah dari keluar
masuknya kendaraan pribadi. Tidak nampak seorangpun petugas dari
dinas pariwisata yang jaga. Lokasi parkir di objek wisata ini hanya
berupa "parkir darurat" di tepi pantai dan itupun kita masih harus
rela merogoh kocek lagi untuk membayar ongkos sewa parkir kepada
pemuda yang lain . Dari tempat parkir ini masih perlu jalan
kaki sejauh kira-kira 100 meter untuk menuju lokasi
‘situs’ kapal Malin Kundang-nya. Sebuah jembatan bambu
darurat diatas aliran sungai kecil yang mengalir ke pantai, mesti
dilalui untuk mencapai lokasi dan sekali lagi kita harus rela
membayar uang jasa kepada pemuda tanggung atas "jasa"-nya yang
telah memelihara jembatan bambu tersebut.
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Lain-lain - Batu Malin Kundang Jembatan darurat terbuat dari bambu yang mesti dilalui bila ingin menuju lokasi | | | | |
Nah sekarang sampai deh di ‘situs’ Malin
Kundang-nya. Sekeliling ‘deck kapal’nya memang terlihat
seperti kapal yang pecah bagian tengahnya, sehingga yang kelihatan
timbul hanya bagian depan dan belakang saja. Beberapa onggokan sisa
badan kapal masih bisa terlihat jelas di lokasi ini. Beberapa tali
jangkar kapal tampak berserakan, namun sebuah kabar yang saya
dengar bahwa tali yang ada di lokasi tersebut tidak semuanya
merupakan tali jangkar asli yang ada saat perahu malin Kundang
berlabuh, namun merupakan hasil karya mahasiswa senirupa untuk ebih
menghidupkan suasana. Terlepas dari benar atau tidaknya berita
tersebut namun bagi saya yang sangat menarik lagi, (and I
don’t believe this) adalah sisa batuan seperti ter-erosi yang
membentuk tubuh manusia membungkuk dan agak menelungkup ke tanah,
persis di bagian ‘kapal’ yang pecah itu. Nah batu
itulah yang oleh masyarakat setempat dipercayai sebagai batu
penjelmaan Malin Kundang yang telah berubah menjadi batu akibat
telah durharka kepada orang tuanya.
Eh.. yang namanya legenda, boleh percaya boleh tidak. Saya pilih
yang terakhir aja deh. Batu Malin Kundang, ceritanya membuat banyak
orang penasaran untuk datang. Sayang, tempat ini tidak dikelola
dengan baik oleh Pemda setempat.
|