| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Pulau - Bidadari Salah satu bungalow di P.Bidadari | | | | | Pagi itu panas matahari belum begitu terik, namun kesibukan di
Dermaga 17 Pantai Marina Ancol sudah terlihat. Antrean orang yang
akan naik kapal cepat ke berbagai pulau di gugusan Pulau Seribu
sudah mulai bersiap-siap naik ke perahu masing-masing. Pak Nur (
41 ), Kapten kapal cepat yang akan menuju P.Bidadari juga
terlihat berdiri diatas kapal untuk melihat kesiapan kapal yang
akan dikemudikannya.
Jika ingin pergi ke berbagai gugusan Kepulauan Seribu gampang
saja, datang saja ke Pantai Marina Ancol. Di situ anda tinggal
beli tiket kapal, kemudian memilih tujuan, menunggu sebentar dan
berangkat. Salah satu service yang disediakan adalah berlayar
menuju Pulau Bidadari, salah satu gugusan Kepulauan Seribu yang
terdekat dengan Jakarta. Rute Marina – P.Bidadari tersedia
tiap hari, dimana keberangkatan kapal jam sembilan pagi dan
kepulangannya jam tiga sore. Kalau hari libur atau Sabtu &
Minggu kapal tetap berangkat jam sembilan pagi, namun jam
kepulangan menjadi dua kali, jam dua dan jam empat sore. Harga
tiket juga berbeda, hari biasa adalah Rp 160,000 ,- per orang
sedangkan hari libur adalah Rp 200,000 / orang. Selain
tiket pulang dan pergi, harga tiket tersebut termasuk welcome
drink dan makan siang di restoran P.Bidadari. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Pulau - Bidadari Beberapa jenis kapal cepat yang bersandar di Marina Ancol | | | | |
Setelah menunggu beberapa saat di Dermaga 17 Pantai Marina
Ancol, petugas kapal mempersilahkan penumpang untuk masuk. Sesaat
kemudian kapal yang kami tumpangi berputar, maju pelan-pelan dan
mulai membelah lautan. Makin lama kecepatan kapal makin betambah,
hingga para penumpang yang berada di dalamnya terasa diayun-ayun
dan digoyang-goyang. Walaupun begitu para penumang tetap berasa
aman di dalamnya, karena kapalnya lumayan besar dan tertutup,
sehingga cipratan air tidak masuk ke dalam. Ruangan kapal juga
relatif bersih dan nyaman. Susunan tempat duduknya juga asyik,
kursi busa dengan posisi tiga kursi samping kanan dan tiga kursi
samping kiri yang dipisahkan oleh jalan di tengahnya. Tak begitu
lama, kurang lebih hanya dua puluh menit di atas kapal, rimbunan
dedaunan Pulau Bidadari sudah kelihatan, dan merapalah kapal yang
kami tumpangi di dermaga kayu pulau tersebut.
Patung Sang Tanduk Tujuh Belas yang sedang mengangkat kakinya
menyambut kedatangan para pengunjung. Bahkan sambutan tersebut
disertai dengan bunyi puisi yang tertulis di bawah patung yang
berbunyi sebagai berikut,”Singa Beraung dihutan-hutan, Hiu
berteriak, Aku raja dilautan, Dan rajawali, Bebas terbang tinggi
di awan – Disini Sang Tanduk Tujuh Belas, Akrab berbisik,
Kepada para wisatawan, Saya hanyalah penjaga kepulauan –
Cinta persahabatan, Cinta perdamaian, Cinta ketenangan, Dan cinta
keindahan”. Merenung sejenak setelah membaca pusisi
tersebut, welcome drink pun siap sedia diatas meja yang terletak
di samping meja resepsionis. Di pintu masuk terdapat
beberapa petugas yang sudah siap sedia melayani segala
keperluan para pengunjung. Pemandu wisata juga tersedia bagi para
pengunjung yang ingin penjelasan detail tentang P.Bidadari. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Pulau - Bidadari Restoran yang berhadapan langsung dengan pantai | | | | |
Karena ingin lebih bebas menikmati asrinya pulau, kami pun
memutuskan untuk mengelilingi Pulau Bidadari tanpa menggunakan
pemandu. Toh sudah tersedia juga brosur yang lumayan lengkap yang
berisi tentang pulau ini. Mengitari pulau berlawanan arah dengan
jarum jam, kami melintasi bungalow-bungalow yang tidak begitu
besar, namun terlihat teduh dan asri. Karena hampir di setiap
sudut daratan pulau ini tumbuh pohon Keben dan beberapa pohon
lain yang terlihat sangat subur. Terus berjalan ke dalam kita
akan menemukan Benteng yng sudah rusak, namun masih terlihat
sisa-sisa keperkasaannya. Bangunan yang berfungsi sebagai menara
pengawas dan benteng di Pulau Bidadari ini berbentuk bundar
dengan garis tengah 23 meter da tebal dinding 2,50 meter. Pada
dinding ini terdapat deretan jendela-jendela besar dan kecil.
Pada bagian dalam bangunan ini terdapat tujuh ruangan lantai
dasar yang dipisah-pisahkan dengan skat tembok bata.
Salah satu ruangan yag tertutup berfungsi sebagai tempat
penyimpanan amunisi. Pada bagian tengahnya terdapat sebuah
dinding lingkaran lagi yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
air bersih untuk keperluan minum dan memasak bagi para tentara
yang sedang berjaga. Sebelum dilakukan penggalian arkeologi,
bangunan menara pengawas di Pulau Bidadari ini tidak terlihat
wujudnya sebab seluruh permukaan bangunan tertimbun oleh
puing-puing dan ditumbuhi oleh pohon-pohon besar serta ilalang.
Namu setelah dilakukan penelitian dan penggalian oleh Dinas
Museum dan Sejarah DKI Jakarta, akhirnya dapat diperlihatkan
wujud dari sisa-sisa bangunan menara tersebut. Menara pengawas
ini bertingkat dua, hal ini dibuktikan dengan adanya
lubang-lubang penyangga balok lantai. Ruangan-ruangan pada lantai
dua ada tujuh buah. Kemungkinan ruangan dilantai dua ini
berfungsi sebagai ruangan tidur sekaligus tempat pengintaian. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Pulau - Bidadari Benteng Lingkar Belanda Pulau Kelor | | | | |
Bentuk bangunan menara pengawas ini di Eropa lebih dikenal
dengan sebutan Menara Martello. Yang pertama kali diperkenalkan
oleh Perancis, atau tepatnya d pulau Corsica pada abad 18. Ketika
terjadi pemberontakan di pulau tersebut pada tahun 1794, mereka
meminta bantuan Inggris untuk membantu menyerang. Namun untuk
menaklukan Corsica, Inggris kewalahan merebut benteng menara di
Martello Point yang menjaga pintu masuk teluk Fiorenzo.
Benteng itu cukup ampuh dalam pertahanan, sehingga
sekembalinya dari perang, Inggris mendirikan bangunan yang sama
di negaranya. Kemudian bangunan ini tidak saja ditiru oleh
Inggris melainkan juga Belanda. Tak heran jika Belanda mendirikan
pula menara Martello di negeri jajahan seperti Indonesia sebagai
bagian dari sistim pertahanannya. Dan salah satunya didirikan di
Pulau Bidadari yang bekasnya masih bisa kita lihat sampai
sekarang. Disamping itu ada benteng yang setipe dengan Martello
yang terletak disebelah utara Pulau Bidadari. Bisa ditempuh
dengan menggunakan perahu kurang lebih sepuluh menit.
Di sebelah utara benteng merupakan sisi pantai utara sebagai
batas Pulau Bidadari bagian utara. Pantainya terlihat lebih
bersih dan lebih bening dibanding dengan pantai sisi selatan. Hal
ini dikarenakan pantai utara tidak berhadapan langsung teluk
Jakarta yang sudah banyak tercemar. Beberapa tempat duduk kecil
yang menghadap pantai tersedia disisi pantai. Duduk-duduk dikursi
tersebut sambil melihat pemandangan laut biru, diterpa angin laut
yang sepoi-sepoi merupakan hal yang sangat menyenangkan. Setelah
puas mengelilingi pulau ini, senang, segar, capai dan rasa lapar
bercampur jadi satu. Maka dari itu bersiaplah untuk menikmati
hidangan makanan yang disediakan oleh restaurant dengan
menukarkan voucher yang kita dapatkan ketika membeli tiket kapal.
Menu yang tidak mewah, namun juga tidak bisa dikatakan sederhana,
nasi dan lauk pauk lengkap serta hidangan penutup betul-betul
menjadi pengobat rasa lapar yang ada.
Karena restoran yang langsung berhadapan dengan pantai, asyik
sekali makan sambil menatap laut, mendengar ombak yang
mendayu-dayu. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat ketika berada
di pulau ini, kapal penjemput sudah siap di dermaga, satu per
satu penumpang naik dan kami kembali ke dermaga 17.
( By AMGD )
|