|
S7.904383 - E110.332850
|
Mie/Baso/Yamien: Bakmi “Mbah Kènthung” |
Bantul, Bantul, DI Yogyakarta |
Tajeman, Bantul, Yogyakarta |
|
Hari pertama liburan akhir tahun ini, saya awali dengan balas dendam kerinduan lidah akan masakan Jawa, khususnya mie rebus. Maka, begitu mendarat di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, GPS langsung saya arahkan ke koordinat favorit saya, yaitu Bakmi Godhog “Mbah Kènthung”.
Bagi anda para penggemar kuliner tradisional Jawa, khususnya mie rebus, mie goreng dan nasi goreng, Anda pasti mahfum bahwa Yogyakarta memang pusatnya. Oleh karenanya, jangan ragu untuk meluaskan wawasan lidah kita. Tidak hanya ke tempat-tempat yang biasa kita kenal, tetapi juga kemungkinan baru lainnya.
Untuk daerah Selatan Yogyakarta – selain sebagai sentra wisata pantai (Samas dan Parangtritis), kerajinan tanah liat Kasongan, dan terakhir bahkan perhelatan jazz ndesonya – Bantul selama ini terkenal dengan Bakmi Jawa “Mbah Mo”.
Hey, tapi lihat. Sekitar 3.5 km dari situ, ada satu warung kecil dengan menu tradisional yang tidak kalah – bahkan, buat saya pribadi, rasa “mak nyoss”-nya lebih terasa.
Dari sisi senioritas, sebenarnya generasi “Mbah Kènthung” sudah 4 dekade ini merambah lidah para penggemarnya. Pada awalnya, masyarakat sekitar mengenalnya sebagai bakmi “mBah Nggundheng” yang mulai dirintis sejak tahun 1970an. Istilah “nggundhèng” berasal dari kata Jawa yang artinya “bau masakan yang harumnya menusuk hidung”.
Generasi keduanya diteruskan oleh “Mbah Jasmani” yang mulai mengelola bisnis ini sejak tahun 1994an. Tapi, setelah gempa Jogja tahun 2006, peruntungan Mbah Jasmani coba diubah dengan membaptis diri menjadi “Mbah Kènthung”. Nama ini rupanya akibat racun televisi Indonesia, yaitu diambil dari salah satu nama tokoh antagonis salah satu acara sinetron .
Baiklah. Lalu bagaimana dengan proses memasaknya?
Dengan olahan personal dan sapaan ramahnya, setiap masakan diramu menurut keinginan unik para pemesannya. Mulai dari mie rebus Jawa sampai nasi goreng, akan selalu ditemani suwiran ayam kampung dan telur bebek sebagai bonus. Kombinasi dengan jeroan ayam kampung, merupakan “topping” bagi para fanatiknya. Setelah bahan-bahan siap, anglo panas dan kipas bambu siap dimainkan oleh kelincahan tangan si Mbah Kenthung dan akan siap selama 5-8 menit. Teh “nasgithèl” (panas, lègi & kènthèl) dengan gula batu, adalah minuman wajib yang perlu Anda pesan sebagai pelumas lidah dalam melumat masakan si Mbah.
Singkatnya, rasa masakan mbah Kènthung bisa disetarakan dengan para pesaing yang lebih dahulu terkenal, baik dari sisi pengalaman, kompetensi dan yang paling penting adalah hasilnya, yaitu rasa “nggundhèng” yang selalu mengundang untuk kembali.
Jadi, bagi para pelancong Pantai Parangtritis ataupun Pantai Samas, ataupun lokasi wisata selatan Yogyakarta, silakan arahkan koordinat GPS anda ke arah Tajeman, Bantul, begitu lidah Anda mengajak bergoyang.
Disclaimer:
Ketiadaan sinyal 3.5G dan lemotnya sinyal GPRS bukan kesalahan Mbah Kènthung pada saat Anda ngantri sambil update status FB .
|
E.Knowhow - Rabu, 16 Desember 2009
|
|
|
|