| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Lain-lain - Monumen Nasional Rusa tutul di kawasan monas yang berasal dari Istana Bogor | | | | | Entah mengapa tiba-tiba seorang rekan kantor menyeletuk dengan
sebuah pertanyaan sederhana, "Pernah berkunjung ke Monas ?".
Monumen Nasional (Monas) ? Ya, jujur saja, telah sekian tahun
mencari nafkah di Jakarta namun belum pernah sekalipun berkunjung
ke lokasi landmark bangsa Indonesia ini. Baiklah, mungkin sudah
saatnya untuk mengenal lebih akrab dengan objek satu ini, dan
mengapa tidak ?
................................................................................
Halaman Monumen Nasional pagi itu cukup ramai meskipun hari itu
bukanlah hari libur. Cukup banyak orang berolahraga pagi hari
secara sendiri-sendiri maupun membentuk kelompok-kelompok kecil
yang tersebar di berbagai sudut. Udara yang masih cukup segar ini
nampaknya banyak dimanfaatkan oleh penduduk/karyawan kantor sekitar
Monumen Nasional untuk berolahraga sambil menikmati susana pagi.
Kawasan ini menyediakan pula sebuah jalan kecil yang terdiri dari
batu-batu bulat pipih berwarna hijau yang disusun secara tegak,
cocok sebagai sarana pijat refleksi dengan cara berjalan diatasnya
tanpa menggunakan alas kaki.
Bagian Selatan dari kawasan Monumen Nasional ini, terdapat
penangkaran rusa tutul yang kabarnya diperoleh dari Istana
Presiden, Bogor. Kondisi rusa-rusa tersebut nampaknya terawat cukup
baik dan sehat, terlihat dari warna kulitnya yang cerah dan
bersemangat saat merumput dibawah rindangnya pepohonan. Beberapa
papan peringatan agar tidak mengusik keberadaan ini ditampilkan
dalam bentuk kartun/karikatur lucu, tanpa mengurangi pesan yang
tersirat
| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Lain-lain - Monumen Nasional Lidah api yang terbuat dari sepuhan emas | | | | |
Untuk masuk kedalam petak tugu Monumen Nasional, pengunjung
haruslah berjalan ke bagian Utara dekat dengan Patung Pangeran
Dipenogoro yang sedang menunggang kuda. Pintu masuknya terletak
dibagian bawah, dan dikenai biaya sebesar Rp. 5.000 rupiah untuk
kemudian berjalan melalui terowongan bawah tanah hingga akhirnya
muncul kembali di dalam kawasan tugu Monumen Nasional.
Dari literatur yang penulis peroleh, gagasan pendirian Monumen
Nasional ini terwujud pada tanggal 17 Agustus 1961 dan diresmikan
tanggal 17 Juli 1975. Monas melambangkan semangat juang bangsa
Indonesia dalam perang kemerdekaan, yang dilambangkan pada tugu dan
api abadi di puncaknya. Pada bagian tugu lidah api ini dibentuk
dari perunggu seberat 14,5 ton terdiri dari 77 bagian yang
disatukan dan seluruh permukaannya berlapis emas seberat lebih
kurang 32 kg. Kabarnya emas ini berasal dari Rejang Lebong,
Bengkulu. Ketinggian dari halaman tugu hingga ke titik puncak lidah
api adalah 132 meter.
Monas menyimpan pula angka keramat bangsa Indonesia, 17 - 8 -
45. Pelataran cawan berbentuk bujur sangkar berukuran 45 m x 45 m,
tingginya 17 meter, dan ruang Museum Sejarah Nasional (di dalam)
setinggi 8 meter. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Lain-lain - Monumen Nasional Foto Mesjid Istiqlal dengan rel kereta api yang melintas didepannya, diambil dari puncak Monumen Nasional | | | | |
Terdapat sarana lift yang bisa mengantar pengunjung hingga ke
pelataran kecil tepat di bagian bawah dari tugu lidah api. Ketika
penulis sampai di puncak monas, terasa sekali angin berhembus cukup
kencang dengan panorama kota Jakarta yang menarik. Sayang sekali
alat teropong yang ada di lokasi ini untuk menikmati pemandangan
kota Jakarta dari ketinggian sudah tidak ada lagi, hanya tersisa
tiang penyangganya Untuk menjaga keselamatan
pengunjung, puncak monas dipagari tiang besi, sehingga penulis
merasakan susana mirip dalam sangkar burung.
Pada bagian bawah tugu monas ini terdapat Monumen Sejarah
Nasional menempati ruangan seluas 80x80 meter berlapiskan batu
pualam dengan tinggi 8 meter. Di sekeliling dindingnya terdapat 48
jendela kaca yang menggambarkan diorama perkembangan sejarah
nasional Indonesia. Berbagai peristiwa-peristiwa penting dalam
sejarah perjuangan bangsa Indonesia di tampilkan kembali secara
menarik pada diorama-diorama ini.
Secara keseluruhan, Monumen Nasional pantas dijadikan kawasan
wisata dan olahraga bagi warga ibukota Jakarta. Keberadaan dan
kelestarian kawasan ini sangatlah penting mengingat monas merupakan
bagian dari paru-paru kota dan peresapan air di kota yang hiruk
pikuk dengan kendaraan bermotor dan bangunan pencakar langit.
|