| | | | | | |
| | | [navigasi.net] Museum - Kereta Kareta Kyai Jongwiyat. Buatan Belanda (Den Haag) tahun 1880. Peninggalan Sri Sultan HB VII, dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan, misalnya untuk memeriksa barisan prajurit dan sebagainya. | | | | | Museum Kareta (bukan ‘kereta’) Kraton Ngayogyakarta
terletak tidak jauh dari Kraton Ngayogyakarta itu sendiri. Ada
baiknya anda didampingi oleh pemandu ketika memasuki museum
kereta ini karena kalau tidak anda tidak akan mengerti cerita dan
latar belakang sejarah tiap-tiap kereta yang pastinya tidak sama.
Umumnya semua kereta dibeli pada jaman Sri Sultan HB VIII yang
dianggap sebagai Sultan pembaharu. Beliau jugalah yang melakukan
renovasi Kraton, membeli banyak kereta dan dianggap Sultan yang
kaya karena pada jamannya tidak terjadi peperangan (peperangan
banyak terjadi pada masa Sri Sultan HB VII).
Ada 23 kereta --yang dalam hal ini disebut sebagai
“kareta”-- yang disimpan didalam museum kareta yang
dulunya merupakan ‘garasi’ bagi kereta-kereta kraton.
Seekor kuda masih ada dikandang yang terletak disebelah lokasi
museum. Beberapa kareta yang dianggap keramat disendirikan dan
pintu penyekat hanya dibuka ketika ada pengunjung.
Adapun ke-23 kareta tersebut adalah : | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Museum - Kereta Kareta Roto Praloyo
Merupakan kareta jenazah yang dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1938. Kareta inilah yang membawa jenazah Sultan dari Kraton menuju Imogiri. Ditarik oleh 8 ekor kuda. | | | | |
1. Kareta Kyai Jongwiyat.
Buatan Belanda (Den Haag) tahun 1880. Peninggalan Sri Sultan HB
VII, dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan,
misalnya untuk memeriksa barisan prajurit dan sebagainya. Sri
Sultan HB VII adalah sultan yang paling banyak melakukan
peperangan dengan Belanda. Kareta ini ditarik oleh 6 ekor kuda.
Pada saat Sri Sultan HB X menikahkan putrinya kareta ini kembali
dipergunakan. Beberapa bagian dari kareta ini sudah mengalami
renovasi, misalnya warna cat yang sudah diganti menjadi
kuning.
2. Kareta Kyai Jolodoro.
Buatan Belanda 1815. Peninggalan Sri Sultan HB IV. Kareta
Jolodoro adalah kareta pesiar (dari kata “Jolo” =
menjaring, “Doro” = gadis). Pengendali atau sais
berdiri dibelakang. Dikendalikan oleh 4 ekor kuda.
3. Kareta Roto Biru
Buatan Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII.
Dinamakan Roto Biru mungkin karena kareta ini didominasi oleh
warna biru cerah sampai ke bagian roda-nya. Dipergunakan untuk
manggala yudha bagi panglima perang. Pada saat HB X menikahkan
putrinya, kareta ini dipergunakan untuk mengangkut besan mertua.
Kareta ini ditarik oleh 4 ekor kuda. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Museum - Kereta Kareta Kanjeng Nyai Jimad
Merupakan pusaka Kraton, buatan Belanda tahun 1750. Asli-nya hadiah dari Spanyol yang pada saat itu sudah memiliki hubungan dagang dengan pihak kerajaan. Dipergunakan sebagai alat transportasi sehari-hari Sri Sultan HB I - III. Ditarik oleh 8 ekor kuda. Kondisi seluruhnya masih asli. Per kareta terbuat dari kulit kerbau. Setiap bulan Suro setahun sekali dilakukan upacara pemandian. | | | | |
4. Kyai Rejo Pawoko
Buatan tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII yang
diperuntukkan sebagai sarana transportasi bagi adik-adik Sultan.
Ditarik oleh 4 ekor kuda. Konon dibelinya bersamaan dengan
lahirnya Pak Karno ditahun 1901.
5. Kareta Landower.
Kareta ini dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901,
buatan Belanda. Dahulu sempat dipamerkan di Hotel Ambarukmo.
Ditarik oleh 4 ekor kuda.
6. Kareta Premili.
Kareta ini dirakit di Semarang pada tahun 1925 dengan spare-part
yang didatangkan dari Belanda. Digunakan untuk menjemput
penari-penari Kraton. Ditarik oleh 4 ekor kuda. Pada salah satu
bagian roda-nya tertulis “G.Barendsi”.
7. Kareta Kus No:10 (baca : Kus Sepuluh).
Buatan Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII.
Aslinya adalah kareta Landower dan bisa dipergunakan untuk
pengantin. Cat aslinya yang berwarna hijau sudah diganti menjadi
kuning dan dipercayai mengandung makna politis (warna salah satu
parpol) pada saat dilakukan pengecatan ulang. Walaupun bisa
dipergunakan sebagai kareta pengantin namun pada acara pernikahan
putri Sri Sultan HB X yang baru lalu kareta ini tidak dipakai
oleh mempelai.
8. Kareta Kapulitin.
Merupakan kareta untuk pacuan kuda/bendi. Dibeli pada jaman
pemerintahan Sri Sultan HB VII yang memang menggemari olah raga
berkuda. Kareta ini hanya ditarik oleh 1 ekor kuda saja.
9. Kareta Kyai Kutha Kaharjo.
Dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB IX, buatan Berlin
tahun 1927. Dipergunakan untuk mengiringi acara-acara yang
diselenggarakan oleh Kraton, ditarik oleh 4 ekor kuda. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Museum - Kereta Untaian bunga dan daun yang dipergunakan untuk mengkramatkan kereta Nyi Jimad | | | | |
10. Kareta Kus Gading.
Dibeli pada masa Sri Sultan HBVIII. Buatan Belanda pada tahun
1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
11. Kareta Kyai Puspoko Manik.
Kareta buatan Belanda (Amsterdaam) yang dipergunakan sebagai
pengiring acara-acara Kraton termasuk untuk pengiring pengantin.
Ditarik oleh 4 ekor kuda.
12. Kareta Roto Praloyo.
Merupakan kareta jenazah yang dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII
pada tahun 1938. Kareta inilah yang membawa jenazah Sultan dari
Kraton menuju Imogiri. Ditarik oleh 8 ekor kuda.
13. Kareta Kyai Jetayu.
Dibeli pada masa Sri Sultan HBVIII pada tahun 1931. Diperuntukkan
sebagai alat transportasi bagi putri-putri Sultan yg masih
remaja. Ditarik oleh 4 ekor kuda dengan pengendali yang langsung
berada diatas kuda.
14. Kareta Kyai Harsunaba.
Kareta ini merupakan sarana transportasi sehari-hari dari masa
Sri Sultan HBVI-VIII. Dibeli pada tahun 1870. Ditarik oleh 4 ekor
kuda.
15. Kareta Kyai Wimono Putro.
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI tahun 1860.
Dipergunakan pada saat upacara pengangkatan putra mahkota.
Kondisinya masih asli (warna kayu). Ditarik oleh 6 ekor kuda.
16. Kareta Kyai Manik Retno
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB IV tahun 1815, buatan
Belanda. Merupakan kareta untuk pesiar Sultan bersama permaisuri.
Ditarik oleh 4 ekor kuda. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Museum - Kereta Kareta Jolodoro
Buatan Belanda 1815. Peninggalan Sri Sultan HB IV. Kareta Jolodoro adalah kareta pesiar (dari kata “Jolo” = menjaring, “Doro” = gadis). Pengendali atau sais berdiri dibelakang. | | | | |
17. Kareta Kanjeng Nyai Jimad.
Merupakan pusaka Kraton, buatan Belanda tahun 1750. Asli-nya
hadiah dari Spanyol yang pada saat itu sudah memiliki hubungan
dagang dengan pihak kerajaan. Dipergunakan sebagai alat
transportasi sehari-hari Sri Sultan HB I - III. Ditarik oleh 8
ekor kuda. Kondisi seluruhnya masih asli. Per kareta terbuat dari
kulit kerbau. Setiap bulan Suro setahun sekali dilakukan upacara
pemandian. Air yang dipergunakan untuk membersihkan kareta banyak
yang memperebutkan.
18. Kareta Mondro Juwolo
Ini adalah kareta yang dulunya dipakai oleh Pangeran Dipenogoro.
Cat-nya diperbarui pada saat diadakannya Festival Kraton
Nusantara. Buatan Belanda tahun 1800. Ditarik oleh 6 ekor kuda.
Fungsinya adalah sebagai alat transportasi.
19. Kareta Garudo Yeksa.
Kareta buatan Belanda tahun 1861 pada masa Sri Sultan HB VI.
Kareta ini dipergunakan untuk penobatan seorang Sultan. Ditarik 8
ekor kuda yg sama (warna, kelamin). Dilakukan upacara pemadian
setiap setahun sekali setiap dibulan Suro. Disebut juga sebagai
Kareta Kencana (kareta emas). Semuanya yang ada di kareta ini
masih asli termasuk simbol/lambang Burung Garuda-nya yang terbuat
dari emas 18 karat seberat 20kg. Hanya digosok atau dibersihkan
pada saat akan ada upacara penobatan karena kalau terlalu sering
digosok emasnya akan terkikis. Konon sekitar 6-7gram emas akan
hilang setiap kali digosok/dibersihkan. Bentuk mahkota-nya yang
terbuat dari kuningan dengan puncaknya berbentuk seperti Tugu
Monas karena konon Soekarno memang menggunakan bentuk mahkota ini
untuk membuat desain Tugu Monas. Design kareta datang dari
Sri Sultan HB I. Uniknya apabila pintu kareta dibuka maka akan
ada tangga turun dengan sendirinya seperti yang sering dijumpai
pada pintu-pintu pesawat terbang. Pengendali kuda hanya 1 orang.
Kareta ini masih dipakai sampai sekarang. | | | | | | |
| | | [navigasi.net] Museum - Kereta Tampak depan dari Museum Kereta keraton Yogyakarta | | | | |
20. Kareta Landower Wisman.
Dibeli dari Belanda pada tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri
Sultan HB VIII dan direnovasi pada tahun 2003, Dipergunakan
sebagai sarana transportasi pada saat melakukan penyuluhan
pertanian. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
21. Kareta Landower Surabaya.
Kareta ini sudah dipesan dari masa Sri Sultan HB VII dan baru
bisa dipakai pada saat masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII.
Kareta ini buatan Swiss dan dipergunakan sebagai sarana
transportasi penyuluhan pertanian di Surabaya.
22. Kareta Landower
Kareta ini buatan Belanda jaman pemerintahan Sri Sultan HB VIII
pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
23. Kyai Noto Puro.
Kareta ini buatan Belanda pada masa pemerintahan Sri Sultan HBVII
yang aslinya dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam
peperangan. Bentuk fisiknya sudah mengalami renovasi. Ditarik
oleh 4 ekor kuda.
Selain koleksi kareta, kita juga bisa melihat replika pelana
yang dipergunakan oleh Sultan, yaitu Pelana Kyai Cekatha.
Pelana Sultan yang asli mengandung emas dan butiran berlian.
Beberapa pelana terbuat dari kulit macan. Ada juga koleksi
pakaian dan aksesori pengendali kuda.
|